PERJUANGAN Rakyat Semesta atau Permesta merupakan gerakan militer di Indonesia yang menuntut otonomi daerah dan menolak pemerintahan Indonesia yang sentralistik di Pulau Jawa.
Didirikan di Makassar pada 2 Maret 1957, gerakan pemberontakan Permesta meluas ke daerah lain di Sulawesi dan berlangsung hingga 1960. Markas Permesta awalnya di Makassar, kemudian pindah ke Manado.
Pemerintah pusat di Jakarta melancarkan operasi militer untuk menumpas Permesta dengan mengirim Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang dikenal dengan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Korps Komando Operasi (KKA) yang kini namanya jadi Korps Marinir.
BACA JUGA:
Pasukan elite tersebut berhasil menguasai Manado dan wilayah-wilayah yang dikuasai Permesta. Termasuk Gunung Potong di Manado yang merupakan basis pertahana Permesta.
Gunung Potong terletak diantara Bukit Conggaan dan Patahan. Susunan pertahanannya berlapis-lapis di antara bukit berbatu, di setiap lubangnya terdapat senjata berat, dan medannya sangat menguntungkan musuh. Pasukan Permesta di Gunung Potong dipimpin oleh Mayor Permesta Yan Timbuleng.
Pada 29 Agustus 1958, Komando Operasi Merdeka mengirim satu tim RPKAD dibawah pimpinan Letnan A. Kodim dan KKO yang dipersenjatai artileri dan kavaleri. Namun, rencana penyerangan gagal dikarenakan medan yang berat dan jurang-jurang yang dalam, padahal sasaran tinggal 100m lagi. Dengan kegagalan itu, RPKAD menyusun ulang rencana dalam 4 hari untuk melakukan raid penghancuran ke Gunung Potong.
BACA JUGA:
Satu Peleton pasukan RPKAD dibawah pimpinan Sersan Mayor Soetarno yang dibantu satu kompi KKO dan seorang penunjuk jalan menjalankan operasi tersebut pada 2 September 1958.
Tim RPKAD berjalan melaui jalan yang tidak akan diperkirakan oleh musuh. Di mana jalan tersebut penuh semak belukar dengan medan jurang berbatu, ditambah lagi dalam keadaan gelap gulita, Pada pukul 2 pagi, pasukan sampai pada pertahanan Permesta, namun karena adanya gonggongan anjing Permesta, mereka berhenti sementara dan berbalik menuju bukit yang paling tinggi.
Setelah sampai di puncak bukit, tim RPKAD menemukan jalan setapak yang dipenuhi semak belukar yang ternyata mengarah ke pos musuh. Setelah akhirnya berjarak 25 meter dari pos musuh, terlihat personel Permesta yang sedang menghangatkan badan di tungku api. Tim pun segera membagi tugas untuk melakukan penyerangan. Ditempatkan penembak bren, penemmbak launcher, dan penembak granat untuk setiap pos yang akan diserang.
Namun, karena keadaan malam hari dan gelap gulita, maka terlalu membahayakan apabila terjadi baku tembak. Tim RPKAD pun melakukan tindakan pendadakan. Setelah tembakan penyergapan dilakukan, terjadi perkelahian satu lawan satu dengan sangkur, tanpa ada letusan. Pukul 4 pagi, lokasi dapat dikuasai. Musuh yang selamat melarikan diri dan meninggalkan senjata berat yang nantinya digunakan untuk menyerang musuh yang berada di bawah bukit.
Lokas tersebut lalu diserahkan kepada KKO, dan RPKAD melanjutkan bergerak ke depan. Mereka menghadapi musuh lagi dan terjadi pertempuran sengit selama 2 jam.
Tanggal 3 September 1958, pukul 6 pagi, pertahanan Permesta di Gunung Potong dapat dikuasai seluruhnya oleh RPKAD. Dengan keberhasilan itu, pasukan Permesta kembali melakukan gerilya yang ditumpas oleh operasi lanjutan yang dilakukan oleh calon RPKAD dari Batalyon 2/RPKAD di bawah pimpinan Kapten Seno Hartono dan Kapten S. Soekoso.
(Salman Mardira)