Siapa Arsitek Masjid Nabawi? Ini Dia Penjelasan Lengkapnya

Maria Regina Sekar Arum, Jurnalis
Rabu 24 Januari 2024 16:58 WIB
Siapa arsitek Masjid Nabawi? Ini penjelasan lengkapnya (Foto: Reuters)
Share :

MADINAH  - Dibalik kemegahan bangunan Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, ada tangan-tangan ajaib yang mampu membuat masjid-masjid suci tersebut.

Siapakah sosok dibalik kemegahan Masjid Agung tersebut? Sosok itu adalah Muhammad Kamal Ismail, seorang arsitek muda yang lahir pada 13 September 1908. Kamal Ismail merupakan arsitek yang berasal dari Mesir.

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah pembangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, yang ditugaskan kepadanya oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz.

Kamal Ismail diketahui sebagai orang termuda dalam sejarah Mesir yang menerima ijazah sekolah menengah atas. Kamal melanjutkan ke Royal School of Engineering dan menjadi yang termuda kembali setelah lulus dari sekolah tersebut.

Kamal Ismail kemudian dikirim ke Eropa untuk menyelesaikan tiga gelar doktor di bidang arsitektur Islam. Selain itu, Kamal Ismail juga mendapat syal “Nil” dan pangkat “Besi” dari sang raja.

Kamal Ismail baru menikah pada usia 44 tahun. Dikaruniai seorang putra namun sayangnya, Kamal Ismail kehilangan kebahagian tersebut. Kamal Ismail harus kehilangan seorang putra dan juga istrinya saat proses melahirkan.

Setelah kejadian tersebut, Kamal Ismail tetap melajang dan mengabdikan seluruh hidupnya kepada Allah SWT hingga nafas terakhirnya pada 2 Agustus 2008.

Kamal Ismail menghabiskan hidupnya membangun dua masjid suci, jauh dari sorotan media, popularitas dan uang. Faktanya, Kamal Ismail secara terbuka menolak dibayar sepeser pun untuk desain arsitekturnya.

Saat mendesain Masjidil Haram, Kamal Ismail mendapat ide untuk menggunakan marmer khusus yang biasa digunakan untuk tawaf yang bertujuan untuk menutupi lantai Masjidil Haram. Keunggulannya adalah marmer ini tahan panas, yang hanya terdapat di pegunungan kecil Yunani.

Untuk mewujudkan arsitektur sesuai rencananya, Kamal Ismail melakukan perjalanan ke Yunani dan menandatangani kontrak untuk membeli secukupnya untuk seluruh lapisan dasar Masjidil Haram, yakni sekitar hampir dari setengah gunung.

Sekembalinya ke Makkah, Kamal Ismail mendapati marmer tersebut telah tiba dan segera meletakkan di lantai Masjidil Haram hingga rampung.

Setelah 15 tahun, pemerintah Arab Saudi kembali menghubunginya dan meminta jenis marmer yang sama untuk menutupi dasar masjid suci di Madinah, yaitu Masjid Nabawi.

Mendengar permintaan tersebut, Kamal Ismail cukup bingung karena hanya ada satu tempat yang memproduksi marmer tersebut, yakni Yunani.

Terlebih transaksi yang pernah dilakukan sudah sangat lama terjadi. Setelah itu, Kamal Ismail bergegas menuju perusahaan yang dikunjungi di Yunani dan izin untuk bertemu dengan pemimpin perusahaan itu.

Saat ditanya mengenai sisa marmer yang masih ada, pemilik perusahaan menjawab bahwa semuanya sudah terjual sejak Kamal membelinya 15 tahun lalu.

Dengan sedih, Kamal meninggalkan gedung dan menyuruh sekretaris di sana untuk memberitahunya apakah dia mengenal seseorang yang kemudian membeli sisa persediaan marmer terakhir.

Jawabannya cukup sulit karena harus membuka kembali catatan lama beberapa tahun lalu untuk mengetahui lokasi pembelinya. Kamal pun berserah diri, berharap Allah akan mengizinkan sesuatu hal baik akan terjadi.

Tidak disangka, hari berikutnya, sekretaris memberitahu Kamal melalui panggilan telepon bahwa ia menemukan alamat pembeli. Ia pun kembali menuju kantor marmer tersebut dan melihat alamatnya, seketika ia merasa kaget lantaran alamat pembeli yang tertulis ialah sebuah perusahaan Arab Saudi.

Kamal Ismail pun langsung bergegas untuk kembali ke Arab Saudi pada hari yang sama, dan sesampainya, Kamal Ismail segera menuju ke perusahaan yang membeli marmer tersebut. Bertemu dengan seseorang dari bagian admin, Kamal Ismail menanyakan tentang keberadaan marmer yang pernah dibeli oleh perusahaan tersebut dari Yunani.

Orang tersebut segera menghubungi gudang perusahaan dan hebatnya lagi, marmer putih asal Yunani ini tersedia dalam jumlah yang sangat banyak dan belum pernah digunakan.

Suasana berubah menjadi penuh haru. Dengan meneteskan air mata, Kamal Ismail bercerita kisah panjangnya tersebut kepada pemilik perusahaan itu.

Kamal segera memberikan cek kosong dan memintanya untuk menuliskan jumlah yang orang itu inginkan.

Setelah mengetahui bahwa marmer tersebut akan digunakan untuk membangun situs suci, pemilik perusahaan itu pun menolak dengan sopan.

Kamal Ismail memutuskan untuk tidak menerima sepeser pun uang hasil jasanya, karena menurutnya inilah cara Allah Ta’ala untuk melibatkan dirinya dalam proses perjalanan pembangunan bangunan suci bagi umat Islam.

(Susi Susanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya