"Saya mengalami itu, ketika kita harus bayar kos. Kebetulan saya itu dapar cobaan ketika masih baru kuliah. Baru masuk kuliah ibu sa meninggal kemudian 54 hr kemudian kaka saya satu-satunya yang kerja meninggal dan tidak lama kemudian bapak saya meninggal. Jadi begitu kuliah saya jadi yatim piatu di mana anak-anak yang lain belum ada yg bekerja," tuturnya.
Oleh karena itu, Atikoh mengaku bisa memahami kesulitan dalam mendapatkan pendidikan bagi keluarga tidak mampu.
"Jadi ibu bapak bisa memahami. Maka kami org yg sangat paham terhadap perjuangan-perjuangan untuk meraih pendidikan itu. Dan dengan kami bisa meraih pendidikan tinggi minimal kami bisa mandiri, bisa sedikit banyak membantu keluarga maupun masyarakat sekitar. Dan kami ingin tiap anak Indonesia bisa memiliki kesempatan yang sama," pungkasnya.
(Fakhrizal Fakhri )