TURKI - Sejak terjadinya blokade Jalur Gaza oleh Israel dan Mesir, Turki memberi bantuan yang menjadi sumber kemanusiaan bagi Palestina.
Terlepas dari Turki yang memiliki relasi positif dengan Israel, hubungan diplomatik antara Turki-Palestina tetap berjalan dengan baik. Terutama ketika Presiden Turki, Recep Tayyib Erdoğan mengambil langkah verbal untuk menentang blokade Israel terhadap Gaza.
Mengutip sumber lain, diketahui hubungan antara Palestina - Turki yakni hubungan bilateral, yang dimana kedua negara tersebut didasarkan kesepakatan dan kerja sama.
Berdasarkan sejarah, Palestina berada di bawah kekuasaan Turki, yakni Kekaisaran Ottoman selama 400 tahun sebelum Mandat Inggris atas Palestina.
Turki berusaha menggantikan peran Mesir sebagai mediator dalam proses rekonsiliasi Intra-Palestina. Bersama dengan Qatar, negara ini memberikan dukungan politik dan kemanusiaan kepada gerakan Hamas.
Melansir BBC, dukungan Turki terhadap Palestina dan Hamas terbukti, ketika puluhan warga Turki mengadakan demonstrasi pro-Palestina pada Senin (01/01/2024).
Selain itu, Turki telah meningkatkan dukungannya terhadap Gaza sejak perang Israel-Palestina pada 7 Oktober 2023 lalu. Seperti membawa puluhan pasien dari Gaza ke Turki untuk berobat.
Tidak hanya itu, Turki telah menahan 33 orang yang dicurigai bekerja untuk intelijen Israel, Mossad, dalam penggerebekan di delapan provinsi.
Operasi tersebut dilakukan bersama badan Intelijen MIT Turki. Berdasarkan laporan yang diumumkan pada Selasa (02/01/2024), Israel tengah berupaya untuk menyergap anggota Hamas di luar negeri, salah satunya yang berada di Turki.
Di tengah upaya Hamas menyerang Israel, Erdogan mendesak kedua belah pihak untuk tetap tenang. Sayangnya sebagai akibat dari insentifnya respon militer Israel, ia menggambarkan Hamas sebagai pejuang kemerdekaan. Berbeda dengan Israel yang dijuluki sebagai genosida.
Di sisi lain, hubungan antara Turki dan Israel telah terjalin sejak lama, meskipun mengalami kesulitan pada 2010. Pada tahun itu, terjadi insiden di mana Israel membunuh sembilan warga Turki yang berada di kapal Freedom Flotilla yang berusaha mengirimkan bantuan ke Gaza yang terblokir.
Menurut Aljazeera, meskipun hubungan antara keduanya membaik pada 2016, namun kembali memburuk pada 2018. Pada tahun tersebut, Israel mengesahkan undang-undang yang menyatakan dirinya sebagai "negara bangsa bagi orang-orang Yahudi", yang mendapat kecaman dari Erdogan.
Selanjutnya, Amerika Serikat (AS) memindahkan kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem dan Israel membunuh banyak pengunjuk rasa dalam Great March of Return di Gaza. Hal ini menyebabkan Erdogan mendapatkan dukungan yang besar dari warga Palestina.
Erdogan dianggap penting di Gaza, Tepi Barat, dan sebagian besar negara Arab karena sering menggunakan retorika keras untuk menyerang kebijakan Israel terhadap Palestina. Meskipun demikian, Turki mulai memulai upaya pemulihan hubungan regional dengan negara-negara seperti Mesir, Arab Saudi, UEA, dan Israel pada tahun 2022 lalu.
Diketahui pada 30 November 2012, Turki memberikan sambutan positif terhadap pemungutan suara PBB, yang memberikan Palestina status negara non-anggota PBB. Mereka menyatakan bahwa langkah ini diharapkan dapat mendukung proses perdamaian antara Israel dan Palestina yang hampir terhenti.
(Susi Susanti)