PAKISTAN - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (15/4/2024) mengeluarkan peringatan yang memperingatkan para pembuat obat terhadap lima batch propilen glikol yang terkontaminasi, bahan yang digunakan dalam sirup obat, yang tampaknya diberi label palsu sebagai produk yang diproduksi oleh unit Dow Chemical di Asia dan Eropa.
Otoritas Pengatur Obat Pakistan (DRAP) mengeluarkan tiga peringatan antara bulan Januari dan Maret mengenai tingginya kadar etilen glikol (EG), pelarut industri yang dikenal beracun, ditemukan dalam drum yang konon dibuat oleh anak perusahaan Dow Chemical di Thailand, Jerman dan Singapura.
DRAP mengirim drum yang dicurigai berisi propilen glikol, alkohol dengan rasa manis yang digunakan dalam obat-obatan yang dijual bebas seperti sirup obat batuk, untuk pengujian.
Menurut WHO, sampel tersebut ditemukan memiliki kontaminasi EG sebesar 0,76-100%. Standar manufaktur internasional menyatakan hanya sejumlah kecil EG, di bawah 0,1%, yang dapat dianggap aman.
Sirup obat batuk yang terkontaminasi yang dibuat di India dan Indonesia telah dikaitkan dengan kematian lebih dari 300 anak di seluruh dunia sejak akhir tahun 2022. Obat-obatan tersebut ditemukan mengandung EG dan dietilen glikol tingkat tinggi, yang menyebabkan cedera ginjal akut dan kematian. Dalam kasus di Indonesia, pihak berwenang menemukan bahwa salah satu pemasok telah memasang label Dow Thailand palsu pada drum berisi EG yang kemudian dijual ke distributor untuk keperluan farmasi.
Beberapa batch obat yang disita oleh DRAP diberi label sebagai produk yang diproduksi pada tahun 2023, beberapa bulan setelah badan tersebut mengeluarkan peringatan global yang meminta produsen obat untuk memverifikasi kualitas pemasok mereka.
WHO mengatakan Dow mengonfirmasi bahwa bahan-bahan yang diidentifikasi dalam peringatan hari Senin dan ditemukan oleh DRAP tidak diproduksi atau dipasok oleh perusahaan tersebut.
“Bahan propilen glikol yang diidentifikasi dalam peringatan ini dianggap telah diberi label yang salah secara sengaja dan curang,” kata WHO, seraya mencatat bahwa sejumlah bahan mungkin telah didistribusikan ke negara lain dan masih disimpan.
Dow tidak segera menanggapi permintaan komentar. Peringatan WHO ini muncul pada minggu yang sama ketika regulator di Tanzania dan Rwanda bergabung dengan Nigeria, Kenya, dan Afrika Selatan untuk menarik kembali sirup obat batuk anak-anak Johnson & Johnson setelah Nigeria mengatakan mereka menemukan dietilen glikol dalam kadar tinggi, sebuah pelarut industri yang dikenal beracun.
Sirup Benylin Pediatric yang ditarik kembali dibuat oleh J&J di Afrika Selatan pada Mei 2021, meskipun Kenvue sekarang memiliki merek tersebut setelah spin-off dari J&J tahun lalu.
(Susi Susanti)