Sementara perwakilan mahasiswa Unpam asal Nusa Tenggara Timur (NTT), Kevin juga menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut.
"Kami memohon maaf, mari kita sama-sama wujudkan Tangsel yang cerdas, Tangsel yang modern, Tangsel yang religius. Itu adalah harapan kita bersama," kata Kevin.
Tokoh masyarakat NTT yang juga hadir, Aloysius, menekankan pentingnya menghargai perbedaan sebagai sesama anak bangsa yang diikat oleh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
"Jauhkan intoleransi, jauhkan perbedaan sesama kita. Kita harus satu hati, satu jiwa, satu rasa. Kita harus berkomunikasi dengan baik, beda agama, beda ras. Tetapi kita adalah satu, Republik Indonesia," ujarnya.
Aloysius mengajak semua pihak untuk mengedepankan silaturahmi dalam menyelesaikan persoalan. "Jadi, kalau memang ada salah sedikit, marilah kita berkomunikasi yang baik-baik, silaturahmi yang baik, karena kita sesama anak bangsa. Jantung kita adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tetapi tetap satu," tuturnya.
Perwakilan Persaudaraan Timur Raya (PETIR), Semi Manape, menambahkan, insiden ini membawa hikmah yang luar biasa. Sehingga, ia menilai tidak perlu diperpanjang.
"Setelah dari sini, kita sudah tidak ada lagi lah pembahasan kejadian tersebut. Kita datang ke sini satu tujuan, hati dan pikiran yang sama, setelah dari sini, kita jadi saudara," pungkasnya.
(Arief Setyadi )