Kisah Bang Pane, Stres hingga Meninggal Dunia Usai Temukan Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya

Fakhrizal Fakhri , Jurnalis
Minggu 02 Juni 2024 07:00 WIB
Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)
Share :

JAKARTA - Sejarah kelam bangsa Indonesia setelah adanya peristiwa percobaan kudeta yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dikenal sebagai tragesi Gerakan 30 September atau G30S PKI.

Tragedi tewasnya tujuh jenderal yang dibunuh oleh PKI di Lubang Buaya, Jakarta saat Gerakan 30 September tahun 1965 atau G30S/PKI, masih terus teringat jelas hingga saat ini.

Insiden menggemparkan itu juga melibatkan anggota masyarakat yang ikut menggali kuburan untuk mencari jasad ketujuh pahlawan revolusi itu.

Salah satunya adalah kesaksian Mahmud yang membantu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) saat mencari tempat pembuangan jasad itu.

Dalam video yang diunggah oleh akun Kurator Museum di YouTube menampilkan wawancara Mahmud terhadap pengalaman yang dialaminya usai berhasil menggali sumur tersebut.

Setelah menggali dari 3 Oktober 1965 tepatnya di sore hari, sekitar pukul 00:30 WIB atau tanggal 4 Oktober dini hari penggalian dihentikan usai salah satu teman Mahmud pingsan.

“Dia (Suparman) memegang ada kaki manusia, kemudian dia pingsan,” ujar Mahmud.

Menurut Mahmud bisa saja salah satu faktor yang membuat Suparman pingsan lantaran para penggali tak makan maupun minum selama bekerja. Kemudian Suparman diangkat ke atas sumur untuk dievakuasi ke sebuah rumah.

Penggalian sumur pun dihentikan, Mahmud bersama tujuh kawannnya dibawa ke sebuah rumah. Di situ mereka diinterogasi dan disuruh untuk berisitrahat lantaran waktu sudah masuk dini hari.

“Karena memang pada waktu itu TNI (ABRI) bilang ini kejadian untuk dokumentasi negara harus ada gambar foto dan lainnya,” tutur Mahmud.

Lantaran selama di rumah tersebut Mahmud dan temannya mendapatkan penjagaan dari ABRI, agar suasana akrab Mahmud pun mengambil sebuah nangka yang ada kemudian dimasak untuk dimakan bersama-sama.

“Nangka kuning dikusus setelah matang dimakan ramai-ramai dengan ABRI,” jelasnya.

Hari menjelang siang, Mahmud Cs kemudian diberikan makanan oleh pihak ABRI. Namun salah satu dari penggali sumur enggan menyuap makanan tersebut.

Ya dia adalah Pane. Mahmud pun memaksa agar Pane tetap makan dengan menyuapinnya. Ia khawatir Pane akan sakit jika tak makan saat itu.

Rasa khawatir itu benar saja. Beberapa bulan setelah adanya penggalian sumur tempat tujuh pahlawan revolusi dibuang oleh PKI, Pane pun meninggal dunia lantaran stres.

“Yang setelah pulang (dari menggali Lubang Buaya), dapat beberapa bulan atau enggak sampai setahun karena stres yang terus menerus. Itu Bang Pane yang meninggal dari rombongan 8 orang,” tandasnya.

Diketahui pada tanggal 1 Oktober dini hari, Indonesia pernah diguncang peristiwa penculikan 6 orang perwira tinggi dan 1 orang perwira pertama Angkatan Darat. Peristiwa kelam itu dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S/PKI).

Adapun mereka tujuh pahlawan revolusi yang menjadi korban yakni, Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani; Mayor Jenderal Raden Soeprapto; Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono; Mayor Jenderal Siswondo Parman; Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan; Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo; serta Lettu Pierre Andreas Tendean.

Mereka disiksa, ditembak, kemudian mayatnya dibuang ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Peristiwa pembunuhan para jenderal itu dikenang dengan Gerakan 30 September.

(Fakhrizal Fakhri )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya