SEJARAH perkeretaapian di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, saat Belanda masih menjajah Indonesia. Jalur kereta api di Indonesia pertama kali dibangun pada Jumat 17 Juni 1864 di Desa Kemijen, Semarang, Jawa Tengah.
Pembangunan diprakarsai oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS, perusahaan kereta api Hindia Belanda. Jalur rel itu terhubung dari Kemijen ke Desa Tanggung di Grobogan sejauh 26 kilometer dan dibuka untuk angkutan umum pada Sabtu, 10 Agustus 1867.
Kereta api digunakan untuk mengangkut hasil pertanian dan mineral serta penumpang.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, perkeretaapian menjadi tanggung jawab negara. Djawatan Kereta Api (DKA) didirikan sebagai perusahaan kereta api nasional dan kemudian berubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 1991. Gambaran keadaan kereta api pada masa lalu penting untuk dilestarikan agar generasi mendatang memahami pentingnya pembangunan kereta api.
Pembangunan jalur kereta api dimulai pada tahun 1840 oleh Kolonel J.H.R. Carel Van der Wijck untuk mengangkut hasil bumi dari Sistem Tanam Paksa. Pada tahun 1867, kereta api pertama di Indonesia dibangun di Semarang oleh NISM dengan rute Samarang-Tanggung sepanjang 26 km.
Keberhasilan NIS membangun jalan KA antara Samarang dan Tanggung memicu minat investor lain untuk membangun jalur kereta api di daerah lainnya. Pertumbuhan panjang jalan rel meningkat pesat dari 25 km pada tahun 1867 menjadi 3.338 km pada tahun 1900.
Pada tahun 1864, pembangunan jalur kereta api Samarang–Tanggung dimulai oleh NIS, dan jalur tersebut dibuka pada tahun 1867. Pada tahun 1873, kota-kota di Jawa Tengah seperti Semarang, Solo, dan Yogyakarta sudah terhubung dengan jalur rel. Trem pertama kali diperkenalkan di Batavia pada tahun 1869 oleh Bataviasche Tramweg Maatschappij (BTM).
Kebijakan liberal pemerintah Hindia Belanda membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk membangun jalur kereta api. Perusahaan-perusahaan seperti Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) dan lainnya didirikan, namun tidak memberikan keuntungan yang signifikan sehingga pemerintah mendirikan Staatsspoorwegen untuk membangun jalur rel dari Buitenzorg ke Surabaya.
Pembangunan rel kereta api juga dilakukan di luar Jawa, seperti di Aceh, Sumatra, dan Sulawesi. Jalur kereta api digunakan untuk keperluan militer dan pengangkutan hasil bumi seperti batu bara dan karet. Proyek besar pembangunan jalur rel terhenti akibat Depresi Besar pada tahun 1930.
Semasa pendudukan Jepang, seluruh jalur KA dikelola sebagai satu kesatuan untuk mendukung upaya perang. Pasukan pendudukan Jepang juga membongkar jalur rel sepanjang 473 kilometer untuk digunakan di Burma dan mengubah lebar sepur 1.435 mm di Jawa menjadi 1.067 mm.