WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Senin (24/6/2024) menyerukan upaya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut di Lebanon dalam pembicaraan dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Pertemuan ini membahas soal konflik yang semakin memanas antara Israel dengan Hizbullah di Lebanon. Termasuk mendiskusikan soal perang Gaza.
“Blinken menggarisbawahi pentingnya menghindari eskalasi konflik lebih lanjut dan mencapai resolusi diplomatik yang memungkinkan keluarga Israel dan Lebanon untuk kembali ke rumah mereka,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Menjelang pertemuan, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS mengatakan sebelumnya bahwa Blinken juga akan menekankan kepada Gallant pentingnya Israel segera mengembangkan rencana yang kuat dan realistis untuk pemerintahan Gaza ketika perang usai.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan pada konferensi pers bahwa Blinken uga akan berdiskusi dengan Gallant, yang mengunjungi Washington minggu ini dan bertemu dengan para pejabat senior AS, mengenai perlunya menghindari eskalasi lebih lanjut konflik Gaza dan meningkatkan akses kemanusiaan.
“Kami berupaya membuat kemajuan dalam semua masalah ini,” kata Miller.
Gallant datang ke Departemen Luar Negeri beberapa saat sebelum jadwal pertemuannya dengan Blinken pada pukul 13.00 waktu setempat. Sekelompok kecil pengunjuk rasa di luar gedung berteriak sambil membawa bendera Palestina saat dia masuk.
Dia menggambarkan pertemuannya di Washington, termasuk pertemuan dengan Blinken sebagai pertemuan yang “kritis”, menurut komentar yang dikeluarkan oleh kantornya.
“Pertemuan yang kami selenggarakan sangat penting dan berdampak pada masa depan perang di Gaza dan kemampuan kami untuk mencapai tujuan perang, pembangunan di perbatasan utara, dan wilayah lainnya,” kata Gallant.
Seperti diketahui, ribuan pejuang yang didukung Iran siap bergabung dengan kelompok militan Hizbullah di Lebanon ketika ketegangan meningkat dengan negara tetangga Israel.
Dalam pidatonya pada Rabu (19/6/2024), pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa para pemimpin militan dari “poros perlawanan” yang dipimpin Iran telah menawarkan untuk mengirim puluhan ribu pejuang untuk mendukung Hizbullah ketika bentrokan kelompok tersebut dengan Israel mengancam akan meluas menjadi perang habis-habisan.
Laporan Dewan Atlantik pada Mei 2020 mengatakan bahwa Hizbullah memiliki sekitar 30.000 pejuang aktif dan hingga 20.000 pejuang cadangan pada saat itu.
Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya dari kelompok yang didukung Iran di Irak mengatakan kepada AP di Bagdad bahwa jika terjadi perang habis-habisan, mereka akan berjuang bahu-membahu dengan Hizbullah. Pejabat itu menambahkan bahwa beberapa penasihat dari Irak sudah berada di Lebanon.
(Susi Susanti)