Selain itu, skandal korupsi tersebut mengungkap keterbatasan sentralisasi kekuasaan Xi Jinping. Meskipun konsolidasi kendali dimaksudkan untuk merampingkan pengambilan keputusan dan mengurangi korupsi, tampaknya hal itu telah menciptakan lingkungan di mana pejabat tinggi merasa berani terlibat dalam korupsi, karena tahu bahwa mereka hanya bertanggung jawab kepada sekelompok kecil orang di atas.
Komunitas internasional mengamati dengan saksama bagaimana Tiongkok menangani krisis ini. Hasilnya tidak hanya akan memengaruhi kesiapan militer China, tetapi juga kedudukan globalnya dan stabilitas kawasan Asia-Pasifik. Jika Tiongkok gagal mengatasi korupsi sistemik ini secara efektif, hal itu dapat menyebabkan penilaian ulang terhadap ancaman militer negara tersebut oleh negara-negara tetangga dan kekuatan global.
Skandal korupsi yang melanda lembaga militer China lebih dari sekadar serangkaian pelanggaran individu. Ini adalah gejala dari penyakit yang lebih dalam yang memengaruhi sistem politik dan militer China.
Ketika China berusaha menegaskan dirinya di panggung global, kebusukan internal ini mengancam akan merusak ambisinya dan berpotensi mengganggu keamanan regional. Dunia menyaksikan dengan napas tertahan saat China bergulat dengan krisis ini.
Akankah hal ini mengarah pada reformasi yang berarti dan transparansi yang lebih besar, atau akankah ini menjadi babak baru dalam perjuangan panjang China melawan korupsi?
Kemampuan kepemimpinan China untuk menangani masalah ini secara efektif tidak hanya akan menentukan masa depan PLA tetapi juga membentuk peran Tiongkok dalam tatanan internasional selama bertahun-tahun mendatang. Taruhannya tidak pernah setinggi ini, baik bagi Tiongkok maupun bagi keamanan global.
(Rahman Asmardika)