Penyelidikan Temukan 200.000 Anak-Anak dan Orang Dewasa Alami Pelecehan di Lembaga Negara Selama 70 Tahun

Susi Susanti, Jurnalis
Rabu 24 Juli 2024 18:25 WIB
Penyelidikan Temukan 200.000 Anak-Anak dan Orang Dewasa Alami Pelehan di Lembaga Negara Selama 70 Tahun (Foto:
Share :

Para pemimpin sipil dan agama berjuang untuk menutupi pelecehan dengan memindahkan pelaku ke lokasi lain dan menyangkal kesalahannya, dengan banyak korban meninggal sebelum mendapatkan keadila.

 “Merupakan aib nasional bahwa ratusan ribu anak-anak, remaja dan orang dewasa dianiaya dan diabaikan dalam pengawasan negara dan lembaga-lembaga berbasis agama,” kata laporan itu.

Laporan tersebut menghasilkan 138 rekomendasi, termasuk menyerukan permintaan maaf publik dari pemerintah Selandia Baru, serta Paus dan Uskup Agung Canterbury, masing-masing kepala gereja Katolik dan Anglikan, yang sebelumnya mengutuk pelecehan anak.

Laporan tersebut juga menyerukan kepada pemerintah untuk membentuk Badan Care Safe yang bertanggung jawab mengawasi industri ini, serta undang-undang baru yang mencakup pelaporan wajib atas dugaan pelecehan, termasuk pengakuan yang dilakukan saat pengakuan agama.

Laporan tersebut memperkirakan rata-rata biaya seumur hidup yang harus ditanggung oleh seorang penyintas pelecehan. Yakni apa yang dianggap normal oleh warga Selandia Baru, aktivitas sehari-hari, diperkirakan pada tahun 2020 adalah sekitar USD511.200 per orang. Namun laporan tersebut tidak menjelaskan secara jelas jumlah kompensasi yang tersedia bagi para penyintas.

Luxon mengatakan dia yakin total kompensasi yang diberikan kepada para penyintas bisa mencapai miliaran dolar.

“Kami membuka pembicaraan mengenai ganti rugi dan kami melakukan upaya tersebut dengan kelompok penyintas,” katanya.

Penyelidikan juga merekomendasikan pembayaran kepada keluarga yang telah dirawat oleh para penyintas pelecehan karena trauma antargenerasi yang mereka derita, serta peninjauan kompensasi yang dibayarkan dalam kasus-kasus pelecehan anak sebelumnya termasuk di unit remaja Lake Alice yang dikelola negara.

“Elemen yang paling penting adalah mengenali dan menghargai para penyintas atas realitas dan kebenaran hidup mereka,” kata Tracey McIntosh, sosiolog di Universitas Auckland.

(Susi Susanti)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya