Etika Komunikasi Digital: Fenomena Moral Fufufafa dan Ramainya Pengguna Medsos

Tim Okezone, Jurnalis
Jum'at 11 Oktober 2024 04:19 WIB
Ilustrasi media sosial (Foto: Ist)
Share :

JAKARTA - Perkembangan teknologi mempermudah akses informasi dalam berbagai aspek, terlebih media sosial. Laporan We Are Social menyebutkan, Indonesia menjadi rumah bagi 139,0 juta pengguna media sosial pada Januari 2024, setara dengan 49,9 persen dari total populasi. Ada 185,3 juta pengguna internet di Indonesia pada Januari 2024.

Dikutip dari laman https://datareportal.com/ Tingkat penetrasi internet Indonesia mencapai 66,5 persen dari total populasi pada awal tahun 2024.Sementara itu, data yang dipublikasikan di alat perencanaan iklan platform media sosial teratas menunjukkan bahwa terdapat 126,8 juta pengguna berusia 18 tahun ke atas yang menggunakan media sosial di Indonesia pada awal tahun 2024. Angka ini setara dengan 64,8 persen dari total populasi berusia 18 tahun ke atas saat itu.

Jumlah angka yang tidak sedikit menunjukan bahwa hampir 50% penduduk Indonesia menjadi warganet atau dikenal dengan istilah Netizen. Saat ini, tidak sedikit dari kaum “awam” mendadak berprofesi sebagai citizen journalism. Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan kegiatan di mana peran wartawan atau kegiatan jurnalistik bisa dilakukan oleh masyarakat yang secara formal bukan wartawan.

Informasi yang telah diposting dalam sebuah akun media sosial berkaitan dengan prinsip Komunikasi yang dikemukakan oleh seorang guru besar Ilmu komunikasi Prof Deddy Mulyana, Dimana komunikasi bersifat Irreversible. Komunikasi bersifat irreversible berarti bahwa dalam proses komunikasi, pesan yang telah disampaikan kepada komunikan tidak bisa ditarik Kembali.

Akun Fufufafa menjadi sebuah fenomena dalam etika Komunikasi dalam sebuah media sosial.  Akun X @/BosPurwa tampak membagikan tangkapan layar profil Kaskus fufufafa. Dalam tangkapan layar itu, terlihat jumlah postingan akun fufufafa adalah 2.906 unggahan. Padahal sebelumnya, jumlah postingan akun tersebut mencapai 5.000 unggahan lebih.

Situasi ini tentu menjadi tanda tanya apa alasan pemilik akun menghapus konten-konten di Kaskus. Postingan yang telah di hapus bisa saja hilang, namun isi informasi yang telah disampaikan tidak akan bisa di Tarik Kembali atau di hapus dari ingatan warga net.

Ujaran kebencian, hinaan dan cacian mendominasi dalam postingan akun fufufafa. Feedback warganet atas postingan dari akun tersebut membaut geram banyak pihak, bahkan tidak sedikit pakar yang turut berkomentar.

"Anak pertama lagi panik jejak bacot kotornya di Kaskus dieksploitasi warganet” Denis Malhorta melalui akun @denismalhotra di X, dikutip Minggu (1/9/2024).

 

Hal ini tentu akan menjadi bumerang bagi si pemilik akun karena ucaapan atau tulisan yang telah di posting akan menggambarkan diri nya sendiri. Melalui informasi yang posting, diksi yang digunakan serta konteks komunikasi yang digunakan akan menjadi sebuah “keyword” dalam menelusuri karakter si pemilik akun atau dalam istilah komunikasi berperan sebagai komunikator.

Etika komunikasi digital wajib untuk diterapkan dalam rumah media sosial setiap pemilik akun, karena informasi yang ditelah di posting tentu merupakan hasil dari buah fikir manusia yang melibatkan unsur kognitif nya. Melalui status media sosial seseorang bisa manjadi sebuah Clue dari berbagai sudut pandang dalam menilai karakter seseorang.

Akun fufuafa menarik untuk diamati dari sisi Psikologi dan Neuroscience. Neuroscience adalah bidang studi yang berhubungan dengan sistem saraf di otak manusia. Neuroscience juga mengkaji kesadaran dan kepekaan otak dalam hal biologi, persepsi, memori, dan hubungannya dengan pembelajaran. 

Pakar telematika Roy Suryo mengatakan bahwa 99,9% pemiliki Akun fufufafa itu adalah seorang anak sulung dari Presiden ke-7 RI, yaitu Gibran Rakabuming Raka. Sosok Wakil Presiden periode 2024-2029 memberi sebuah catatan hitam dalam jejak digitalnya.

Idealnya, etika komunikasi seharusnya menjadi dasar dalam berkomunikasi tidak terkecuali di media sosial, hal ini tentu akan menjadi sebuah panutan karena dilakukan oleh wakil presiden RI Termuda saat ini. Namun, warganet +62 adalah netizen pintar dan cukup bernalar dalam bermedia sosial, sehingga mampu mengungkap kebenaran atas informasi dan bermoral dalam berkomunikasi digital.

Penulis: Gina Fauziah/ Dosen FIKOM UNPAM

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya