Dikatakan Premana, Sanjaya memiliki wibawa, sama seperti Raja Tarumanagara Purnawarman yang memiliki sifat baik hati, tegas, setia terhadap pasukan, dan apabila sudah menyerang, maka dia tidak kenal ampun terhadap musuh. Sedangkan penolakan yang dilakukan Sempakwaja dan Demunawan adalah salah satu hal berbeda. Sebab, kedua tokoh ini tergolong angkatan tua daripada Sanjaya, sudah sepantasnya harus dihormati.
Berposisi sebagai raja Galuh, menjadikan Premana semakin tidak nyaman. Di satu sisi, dalam memimpin kerajaan ia harus tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Sedangkan di sisi lain, Kerajaan Sunda di bawah tangan Sanjaya merupakan orang yang telah membunuh kakeknya.
Semakin hari jiwa Premana semakin keruh. Ia seperti orang yang memiliki tekanan batin, tetapi tidak ada orang yang tepat menampung ceritanya. Hingga pada akhirnya, Premana memutuskan meninggalkan Kerajaan Galuh dan meminta restu istrinya, Pangrayep untuk bertapa di dekat perbatasan Kerajaan Sunda, Sungai Citarum. Sebelum kepergiannya, ia telah memerintahkan Tamperan untuk memegang Kerajaan Galuh.
(Angkasa Yudhistira)