Belanda meninggalkan beberapa orang tewas, sebaliknya pasukan Bone berhasil merampas dua pucuk meriam pasukan Belanda. Dengan kemenangannya itu, pasukan Bone menguasai jalan penting yang menghubungkan Makassar dan Maros yang terletak di sebelah utara Makassar.
Keadaan pasukan Bone memang sangat kuat dan mampu melakukan penyerangan-penyerangan yang sangat membahayakan. Kegiatannya untuk menghadapi Belanda tidak dihentikan, bahkan dipergiat. Para penguasa yang diangkat oleh Belanda diusir dari daerah kekuasaannya seperti yang dilakukannya terhadap diri penguasa di Segeri.
Pasukan-pasukan ekspedisi dikirimkannya ke daerah-daerah lainnya, dan mendekati pos-pos pasukan Belanda di sebelah selatan Bonthain, Bulukumba. Sementara itu, daerah pengaruh kekuasaan kerajaan Bone makin meluas, dan hampir meliputi seluruh Semenanjung Sulawesi Selatan. Dengan demikian, keadaan Belanda makin sulit dan terjepit.
Situasi yang membahayakan ini mendorong gubernur jenderal untuk mengerahkan kekuatan militer yang masih ada padanya. Pos-pos yang masih berada di dalam kekuasaannya diperkuat. Penyerangan terhadap pasukan Bone direncanakan jika musim hujan tiba kelak.
Diawasinya jalan yang menghubungkan daerah-daerah Leong-Leong dan Semangi dengan Makassar, yakni dengan mendirikan tiga buah benteng yang diperkuat dengan pasukan-pasukan bantuan yang telah didatangkan. Demikian pula benteng Belanda di Maros yang dipimpin oleh Mayor van Coeshoors diperkuat dengan 253 orang serdadu.
(Khafid Mardiyansyah)