Mengkatnya Paus Fransiskus dirayakan dalam periode transisi yang direncanakan secara cermat, ditandai oleh ritual kuno, kemegahan, dan duka cita. Selama tiga hari terakhir, sekira 250.000 orang berjalan melewati peti jenazahnya yang terbuka, yang dibaringkan di depan altar basilika yang luas itu.
Paduan suara di pemakaman menyanyikan himne Latin dan doa dibacakan dalam berbagai bahasa, termasuk Italia, Spanyol, Cina, Portugis, dan Arab, yang mencerminkan jangkauan global Gereja Katolik Roma yang beranggotakan 1,4 miliar orang.
Banyak umat beriman yang berkemah semalaman untuk berusaha mengamankan tempat di depan kerumunan, sementara yang lainnya bergegas ke sana pada pagi hari.
Paus Fransiskus memilih meninggalkan tradisi kepausan berupa tiga peti mati yang saling terkait yang terbuat dari kayu cemara, timah, dan kayu ek. Sebaliknya, ia ditempatkan dalam peti mati kayu berlapis seng.
Makamnya hanya bertuliskan "Franciscus", namanya dalam bahasa Latin, di bagian atas. Reproduksi salib berlapis besi sederhana yang biasa ia kenakan di lehernya tergantung di atas lempengan marmer.
Perhatian sekarang akan beralih kepada siapa yang mungkin menggantikannya.
Sidang rahasia itu kemungkinan besar tidak akan dimulai sebelum 6 Mei, dan mungkin baru akan dimulai beberapa hari setelahnya, sehingga para kardinal punya waktu untuk mengadakan pertemuan rutin sebelumnya guna saling menyimpulkan dan menilai keadaan Gereja, yang dirundung masalah keuangan dan perpecahan ideologis.
(Rahman Asmardika)