Di pihak militer jumlah korban semakin meningkat dari hari ke hari. Pada tanggal 25 Maret 1826 Komisaris Kesultanan J.J. van Sevenhoven menulis surat rahasia kepada Komisaris Jenderal Du Bus, mengenai tiga masalah, terutama tentang situasi pemberontakan. la prihatin terhadap nasib para prajurit karena semakin berlarut-larutnya pemberontakan dan mengusulkan agar diadakan pembaruan ketatanegaraan Vorstenlanden sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri pemberontakan.
Pada tanggal 16 Mei 1826, Residen Surakarta MacGillavrij menulis nota yang keras kepada Jenderal de Kock. Ia berpendapat, pemberontakan pada hakikatnya adalah perpanjangan dan kesalahan pembagian kerajaan Mataram pada 1755.
Pemberontakan akan terjadi terus-menerus sepanjang masih dilakukan pemisahan. la menyarankan penyatuan kembali dua kerajaan itu, dengan menghapuskan kerajaan Yogyakarta. Pada dasarnya MacGillavry tidak mempercayai raja-raja Jawa yang diberi kekuasaan memerintah. Sejak awal tidak ada kepastian hukum dan falsafah bahwa kerajaan Jawa telah takluk.
(Khafid Mardiyansyah)