JAKARTA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menghadiri gelaran Mata Lokal Fest (MLF) 2025. Acara ini berupaya mengejawantahkan nilai-nilai keberlanjutan global untuk diterjemahkan dalam aksi konkret yang dapat dilakukan oleh komunitas lokal hingga ke akar rumput.
Kegiatan tersebut berawal dari kesadaran bahwa bumi semakin hari semakin menua, sejalan dengan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebanyak 17 poin SDGs kemudian dirumuskan untuk menjamin generasi-generasi selanjutnya mampu bertahan dalam lingkungan hayati dan sosial yang ideal.
Bertindak sebagai pembicara dalam Summit VI dengan tema "Mobilizing Culture for A Sustainability Indonesia." Dalam pidatonya, Menbud Fadli Zon menegaskan bahwa budaya adalah kekayaan negara yang sustainable atau dapat bertahan.
“Ketika minyak, gas alam, dan batubara akan habis, budaya tidak akan habis sejauh manusia merawat, melindungi, memanfaatkan, dan membinanya. Namun, kita belum menjadikan keberagaman budaya kita sebagai aset nasional, baru sebagai etalase saja,” ucapnya.
Lebih lanjut, Menbud Fadli Zon memaparkan data warisan budaya Indonesia, baik warisan budaya bendawi maupun warisan budaya takbenda. Dia mengatakan bahwa Indonesia memiliki 1.340 etnis, 718 bahasa, 228 cagar budaya berperingkat nasional dengan ribuan potensi cagar budaya lainnya.
Kemudian, 2.213 warisan budaya takbenda Indonesia, yang mana 16 di antaranya telah diinskripsi sebagai Intangible Cultural Heritage UNESCO dan 10 warisan budaya dunia, yang merupakan soft power atau kekuatan lunak kebudayaan sebagaimana yang dilakukan oleh negara lain seperti Amerika, Korea dengan Korean Wave, atau India dengan Bollywood.
Di hadapan sekitar 250 hadirin, Menbud Fadli juga menambahkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa yang terbentang dari Aceh sampai Papua, dari pulau Miangas sampai Pulau Rote. Selain itu, Indonesia juga merupakan budaya yang tertua di dunia.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya berbagai situs manusia purba Homo Erectus dan Pithecanthropus Erectus, yang menandakan telah terjadi peradaban di bumi nusantara. Selain itu, juga terdapat lukisan-lukisan manusia purba yang sudah berumur 51 ribu tahun yang lalu.
Kekayaan budaya Indonesia, lanjut Menbud, bukan hanya warisan yang patut dibanggakan, tetapi juga modal penting untuk menghadirkan inovasi, memperkuat pariwisata budaya, mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif, dan membangun masyarakat yang berkarakter kuat (reinventing identity).
“Dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan ini, saya berharap dampak dari pemajuan kebudayaan akan lebih terasa bagi dan tentunya kita sebagai masyarakat harus memiliki rasa bangga pada budaya kita sendiri. Jangan sampai dirasuki oleh budaya orang lain,” tuturnya.
Menbud kemudian menutup dengan menyampaikan jika pada tahun ini Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kebudayaan akan menyelenggarakan World Culture Forum (WCF), sebagai salah satu upaya untuk menghadapi tantangan kehidupan melalui jalur kebudayaan, dan sekaligus upaya menekankan narasi Indonesia sebagai Ibu Kota Kebudayaan dunia.
Gubernur Daerah Khusus (DK) Jakarta, Pramono Anung Wibowo, dalam sambutannya “Jakarta Menuju 5 Abad” di kegiatan yang sama membeberkan beberapa program yang menurutnya memenuhi upaya pendekatan SDGs.
Seperti halnya program Kartu Jakarta Pintar dan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul yang menjangkau hingga S3, kewajiban ASN DK Jakarta untuk menggunakan transportasi umum, normalisasi Sungai Ciliwung, hingga integrasi moda transportasi umum dan integrasi area parkir untuk berbagai kegiatan di Jakarta.
“Membangun Jakarta maka harus membangun budayanya. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 telah mengamanatkan budaya utama Jakarta adalah budaya Betawi. Maka untuk itu saudara-saudara sekalian, secara perlahan dan pasti saya akan membuat budaya Betawi ini menjadi budaya yang membanggakan,” ucapnya.
(Agustina Wulandari )