Pada Oktober 2023, ketika infrastruktur cloud militer Israel mengalami kelebihan beban, Microsoft Azure dan konsorsium Project Nimbus yang dijalankan Google dan Amazon “turun tangan menyediakan infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan (AI) yang krusial” bagi operasi militer Israel.
Laporan ini juga menyoroti penggunaan sistem AI yang dikembangkan militer Israel untuk memproses dan menghasilkan target selama perang di Gaza. Palantir Technology Inc, yang sudah bekerja sama dengan Israel sebelum Oktober 2023, diduga menyediakan teknologi predictive policing otomatis, infrastruktur pertahanan utama, serta platform AI yang memungkinkan integrasi data medan perang secara real-time untuk pengambilan keputusan otomatis.
“Israel melakukan kejahatan seperti bernapas. Satu-satunya cara untuk melindungi tidak hanya warga Palestina, tetapi juga warga Israel, adalah dengan menghentikan pendudukan ini. Pendudukan ini merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan dunia,” kata Albanese dalam laporannya, menambahkan bahwa genosida Israel di wilayah Palestina memberi keuntungan bagi perusahaan-perusahaan tersebut.
Dari 60 perusahaan yang disebutkan, 48 telah diberi informasi resmi terkait temuan ini, namun hanya 15 yang memberikan tanggapan yang tidak dipublikasikan. Lockheed Martin, misalnya, menyatakan bahwa penjualan senjata mereka adalah transaksi antar pemerintah dan menyarankan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk memberikan klarifikasi.
Laporan ini juga mencatat bahwa sejak dimulainya serangan Israel ke Gaza, Bursa Efek Tel Aviv melonjak 179 persen, dengan nilai pasar bertambah sekitar USD157,9 miliar. Namun, misi Israel di Jenewa membantah laporan tersebut, menyebutnya tidak berdasar secara hukum dan sebagai penyalahgunaan jabatan.
Sebagai langkah tegas, Albanese mendesak negara-negara anggota PBB untuk menjatuhkan sanksi dan embargo senjata penuh terhadap Israel, serta menangguhkan semua perjanjian dagang dan investasi dengan individu atau entitas yang membahayakan warga Palestina.