Ketika Nasionalisme Warganet Indonesia Terusik

Tim Okezone, Jurnalis
Sabtu 19 Juli 2025 14:53 WIB
Ketika Nasionalisme Warganet Indonesia Terusik
Share :

PEMBERITAAN media massa dan perbincangan warganet Indonesia terarah pada Juliana Marins, warga negara Brasil yang meninggal karena terjatuh ke jurang saat mendaki Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/6/2025).

Rangkaian peristiwa hingga pernyataan-pernyataan keluarga Juliana menjadi perhatian khalayak. Tidak hanya khalayak Indonesia, peristiwa tersebut juga menjadi perhatian khalayak dari luar negeri, khususnya warga negara Brasil, negara asal Juliana Marins.

Berbagai berita media massa dan konten media sosial menceritakan proses evakuasi jenazah Juliana tidak mudah karena medan yang berat. Juliana jatuh di kawasan Cemara Tunggal dan ditemukan di kedalaman 600 meter dari titik lokasi hilang yang diketahui. Jenazah Juliana berhasil dievakuasi tim SAR pada Rabu (25/6/2025).

Waktu evakuasi yang berhari-hari mendapat perhatian dari warganet Brasil. Di media sosial, mereka menuding tim SAR Indonesia kurang berpengalaman, sehingga menyebabkan Juliana meninggal karena tidak mendapat pasokan makanan dan minuman.

 

Di sisi lain, warganet Indonesia membela tim SAR dan menyampaikan fakta-fakta medan berat di lokasi Juliana jatuh sehingga proses evakuasi tidak mudah. Apalagi, berdasarkan hasil autopsi, ditemukan fakta perempuan berusia 26 tahun itu meninggal sekitar 20 menit setelah jatuh karena luka-luka yang diderita.

Namun, hasil autopsi itu tidak membuat warganet Brasil melihat peristiwa tersebut secara objektif. Mereka terus melakukan framing seandainya tim SAR Indonesia mengevakuasi Juliana lebih awal, nyawanya dapat tertolong. Mereka bahkan sampai memberikan ulasan negatif terhadap Gunung Rinjani di Google.

“Akibat kelalaian, wanita muda ini meninggal saat sedang melakukan hal yang paling dicintainya. Jangan pergi ke tempat ini, mereka tidak peduli dengan hidupmu,” ulas seseorang di Google.

“Saya hanya datang untuk mengingatkan bahwa kalian membiarkan seorang wanita Brasil mati secara perlahan, tanpa air dan makanan,” tulis ulasan lain.

Warganet Indonesia pun tidak tinggal diam. Mereka membalas ulasan negatif warganet Brasil terhadap Gunung Rinjani dengan memberikan ulasan negatif terhadap Hutan Amazon yang sebagian besar berada di Brasil.

Perang konten di media sosial dan perang ulasan di Google antara warganet Indonesia dan warganet Brasil menjadi fenomena menarik, terutama dari sisi perilaku warganet Indonesia. Tidak hanya sekali, warganet Indonesia kompak melawan pihak-pihak yang menyerang Indonesia melalui media sosial.

 

Warganet Indonesia sempat dinilai sebagai paling tidak sopan se-Asia Tenggara berdasarkan riset Digital Civility Index oleh Microsoft pada 2021. Hasil riset itu kemudian ditanggapi warganet Indonesia dengan beramai-ramai “menyerang” akun Instagram Microsoft. “Serangan” warganet Indonesia kemudian memaksa Microsoft menutup kolom komentar pada konten tentang Digital Civility Index tersebut.

Selain perseteruan dengan Microsoft, warganet Indonesia juga beberapa kali kompak terlibat dalam “perang media sosial” dengan pihak-pihak dari luar.

Ketika kontingen Indonesia gagal tampil dalam All England 2021 karena satu pesawat dengan salah satu penumpang yang dinyatakan positif Covid-19, warganet Indonesia kompak mengecam penyelenggara All England dan Federasi Bulutangkis Dunia (WBF). Akun Instagram resmi All England dan WBF bahkan terdampak karena dilaporkan beramai-ramai oleh warganet Indonesia.

Peristiwa lain terjadi ketika master catur Amerika Levi Rozman menuding akun Dewa_Kipas bertindak curang dalam sebuah permainan catur daring. Merasa tidak terima, warganet Indonesia menyerang akun Twitter GothamChess milik Rozman yang membuat master internasional itu mengubah akunnya menjadi privat.

 

Dari beberapa fenomena tersebut, disimpulkan warganet Indonesia bersifat reaktif tetapi memiliki nasionalisme tinggi. Warganet kompak melawan dan menyerang pihak-pihak yang mengusik rasa nasionalisme Indonesia. Media sosial menjadi media warganet mengungkapkan nasionalisme mereka.

Menurut Boyd (2009), media sosial merupakan kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan saling berkolaborasi atau bermain, Media sosial memiliki kekuatan pada user-generated content, yaitu konten yang dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di media massa.

Beberapa peristiwa saat warganet Indonesia kompak “berperang” menunjukkan bahwa rasa kebangsaan atau nasionalisme warganet pada dasarnya mudah dipancing. Sifat reaktif warganet itu dapat dikatakan merupakan modal dalam pengembangan dan penanaman wawasan kebangsaan melalui media sosial.

Pada dasarnya, penanaman dan pengembangan wawasan kebangsaan melalui media sosial untuk generasi muda Indonesia sangat mungkin dilakukan. Sifat reaktif warganet Indonesia, yang mudah disulut dengan isu nasionalisme, menjadi modal dasar penanaman dan pengembangan wawasan kebangsaan.

Sifat reaktif warganet Indonesia yang mudah disulut isu nasionalisme, terutama bila “diserang” oleh pihak-pihak di luar Indonesia, bisa dimanfaatkan. Di tengah polemik yang viral, konten-konten tentang wawasan kebangsaan bisa dimasukan dengan muatan-muatan yang ringan.

Dewanto Samodro

Dosen Program Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

(Fahmi Firdaus )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya