JAKARTA – Kartika Soekarno Foundation (KSF) di usia ke-80 kemerdekaan Indonesia, tidak hanya memperkuat komitmennya terhadap kesehatan ibu dan anak. Namun, juga menyoroti pentingnya memahami sejarah perjuangan kemerdekaan secara utuh.
Tahun ini menjadi momen khusus bagi yayasan yang didirikan Kartika Soekarno, putri bungsu Proklamator RI Soekarno, untuk merefleksikan makna kemerdekaan yang sesungguhnya.
Pendiri KSF, Kartika Soekarno, menyampaikan refleksi mendalam tentang perjalanan bangsa. “Ayah saya, Bung Karno, adalah salah satu bapak pendiri bangsa yang perjuangannya sering disalahtafsirkan. Sama seperti kisah kemerdekaan kita yang penuh dengan lapisan sejarah yang belum sepenuhnya terungkap,” ujarnya, dikutip Selasa (19/8/2025).
Pengalaman pribadi Kartika yang tumbuh dengan warisan sejarah kompleks — ayahnya seorang proklamator, sementara suaminya berkebangsaan Belanda — membentuk perspektif unik yayasan ini.
“Kami percaya bahwa memahami sejarah secara jujur adalah dasar untuk membangun masa depan yang lebih baik,” tambah Kartika.
Memasuki era baru, KSF memperkenalkan ketua yayasan yang baru, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, yang bergabung sejak 2024.
“Visi kami tetap konsisten: meningkatkan pemberdayaan perempuan dan kesehatan ibu-anak, karena inilah fondasi bangsa yang kuat,” ujar Susaningtyas.
Di bawah kepemimpinannya, KSF akan akan menjalankan sejumlah program meliputi:
1. Memperluas program gizi dan kesehatan dasar di daerah terpencil.
2. Mengembangkan pusat pelatihan keterampilan bagi perempuan.
3. Memperkuat edukasi pendidikan dan juga kesehatan.
KSF pun melihat paralel antara perjuangan kemerdekaan dahulu dengan tantangan kesehatan saat ini.
“Dulu kita berjuang melawan penjajahan fisik, sekarang kita berjuang melawan 'penjajahan' baru berupa ketidakadilan kesehatan dan pendidikan,” ujarnya.
Yayasan KSF diketahui mencatat pencapaian signifikan, yakni menjangkau 133.840 anak di 11 provinsi; Menurunkan angka stunting hingga 25% di daerah intervensi; Membentuk 350 kader kesehatan perempuan.
Kartika Soekarno menekankan, kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakadilan.
"Perjuangan ayah saya dan para pahlawan kita akan sia-sia jika kita masih melihat anak-anak Indonesia menderita gizi buruk atau perempuan tidak mendapatkan hak kesehatan yang layak,” katanya.
KSF berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi internasional, untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan berkeadilan.
“Ini adalah revolusi kita yang belum selesai,” ujarnya.
KSF didirikan pada 1998 dan berfokus pada pemberdayaan perempuan dan kesehatan ibu-anak melalui pendekatan berbasis masyarakat dan kearifan lokal.
(Arief Setyadi )