YERUSALEM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Kamis (21/8/2025) pihaknya akan segera melanjutkan negosiasi untuk membebaskan semua sandera yang masih ditahan di Gaza dan mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir dua tahun. Namun, negosiasi tersebut dengan persyaratan yang dapat diterima Israel.
Ini merupakan tanggapan pertama Netanyahu terhadap proposal gencatan senjata sementara yang diajukan Mesir dan Qatar yang diterima Hamas pada Senin.
Seorang pejabat Israel menyebut, Israel akan mengirimkan negosiator ke perundingan setelah lokasinya ditetapkan.
Berbicara kepada tentara di dekat perbatasan Israel dengan Gaza, Netanyahu mengatakan ia masih bersikeras menyetujui rencana untuk mengalahkan Hamas dan merebut Kota Gaza.
Ribuan warga Palestina telah meninggalkan rumah mereka karena tank-tank Israel semakin dekat ke Kota Gaza selama 10 hari terakhir.
"Pada saat yang sama, saya telah mengeluarkan instruksi untuk segera memulai negosiasi pembebasan semua sandera kami dan mengakhiri perang dengan persyaratan yang dapat diterima Israel," ujarnya, melansir Reuters, Jumat (22/8/2025).
"Kami sedang dalam tahap pengambilan keputusan," ucapnya.
Rencana Israel untuk merebut Kota Gaza telah disetujui bulan ini oleh kabinet keamanan, yang diketuai Netanyahu. Namun, banyak sekutu terdekat Israel telah mendesak pemerintah mempertimbangkan kembali rencana tersebut.
Pernyataan terbarunya menggarisbawahi pandangan pemerintah Israel bahwa kesepakatan apa pun akan menjamin pembebasan seluruh 50 sandera yang ditangkap di Israel pada Oktober 2023 dan masih ditahan militan di Gaza. Para pejabat Israel yakin sekitar 20 orang masih hidup.
Proposal yang diajukan menyerukan gencatan senjata selama 60 hari dan pembebasan 10 sandera yang masih hidup yang ditawan di Gaza oleh militan Hamas dan 18 jenazah. Sebagai balasannya, Israel akan membebaskan sekitar 200 tahanan Palestina yang telah lama ditahan oleh Israel. Setelah gencatan senjata sementara dimulai, usulan yang diajukan adalah agar Hamas dan Israel memulai negosiasi gencatan senjata permanen yang mencakup pemulangan para sandera yang tersisa.
Sebagai tanda keputusasaan yang semakin meningkat atas kondisi di Gaza, warga menggelar protes langka terhadap perang pada Kamis.
Membawa spanduk bertuliskan "Selamatkan Gaza, cukup" dan "Gaza sekarat karena pembunuhan, kelaparan, dan penindasan," ratusan orang berunjuk rasa di Kota Gaza dalam pawai yang diselenggarakan beberapa serikat sipil.
"Ini untuk pesan yang jelas. Kata-kata telah habis, dan waktunya telah tiba untuk bertindak menghentikan operasi militer, menghentikan genosida terhadap rakyat kami, dan menghentikan pembantaian yang terjadi setiap hari," kata jurnalis Palestina Tawfik Abu Jarad dalam protes tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 70 orang tewas dalam tembakan Israel di daerah kantong itu dalam 24 jam terakhir. Ini termasuk delapan orang di sebuah rumah di pinggiran kota Sabra di Kota Gaza.
Sebuah pernyataan dari gerakan Fatah Palestina mengatakan, salah satu korban tewas di Sabra adalah seorang pemimpin Fatah dan mantan militan, bersama tujuh anggota keluarganya.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel.
(Erha Aprili Ramadhoni)