JAKARTA – Pesawat tempur dan tank militer Israel kembali menggempur kawasan timur dan utara Kota Gaza sejak Sabtu (24/8) hingga Minggu malam (25/8). Serangan tersebut menghancurkan rumah warga dan sejumlah bangunan, memicu kepanikan serta membuat banyak keluarga berusaha melarikan diri.
Saksi mata melaporkan dentuman ledakan terdengar nyaris tanpa henti sepanjang malam di wilayah Zeitoun dan Shejaia. Tank-tank Israel juga menembaki rumah serta jalan-jalan di lingkungan Sabra, sementara di Jabalia, utara Gaza, beberapa bangunan dilaporkan diledakkan.
"Banyak warga berlarian, sebagian memilih bertahan dengan mengatakan lebih baik mati daripada pergi,” ujar seorang penduduk Gaza, seperti dilansir dari Reuters, Senin (25/8/2025).
Militer Israel menyatakan pasukannya kembali bertempur di Jabalia dalam beberapa hari terakhir. Operasi ini disebut bertujuan menghancurkan terowongan militan Hamas dan memperkuat kendali atas wilayah tersebut.
Israel juga menyebut langkah itu akan membuka jalan untuk memperluas operasi ke area lain serta mencegah Hamas kembali menguasai lokasi yang sudah ditinggalkan.
Kota Gaza Jadi Target Utama
Awal bulan ini, Israel menyetujui rencana merebut Kota Gaza, yang disebut sebagai “benteng terakhir Hamas”. Namun operasi besar-besaran tersebut diperkirakan baru dimulai dalam beberapa minggu mendatang, sembari menunggu upaya mediasi gencatan senjata yang tengah dilakukan Mesir dan Qatar.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan, pihaknya tidak akan menghentikan serangan. Ia bahkan menyatakan Kota Gaza akan “dihancurkan” jika Hamas menolak syarat Israel, termasuk penghentian perang dan pembebasan seluruh sandera.
Respons Hamas
Hamas menilai rencana Israel menguasai Kota Gaza sebagai bukti bahwa Tel Aviv tidak serius dalam perundingan gencatan senjata.
“Perjanjian gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk memulangkan para sandera,” bunyi pernyataan Hamas, sambil menuntut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertanggung jawab atas keselamatan mereka.
Proposal terbaru yang beredar mencakup gencatan senjata 60 hari, pembebasan 10 sandera hidup dan 18 jenazah yang ditawan Hamas, dengan imbalan pembebasan sekitar 200 tahanan Palestina oleh Israel.
(Awaludin)