Kisah Prabu Jayabaya di Petilasan Pamukasan Kediri

Fahmi Firdaus , Jurnalis
Rabu 17 September 2025 11:03 WIB
Kisah Prabu Jayabaya di Petilasan Pamukasan Kediri/ist
Share :

JAKARTA – Kota Kediri, Jawa Timur menyimpan tempat yang dipenuhi kisah-kisah mistis sekaligus spiritual, salah satunya Petilasan Pamukasan Sri Aji Joyoboyo. Situs ini diyakini sebagai tempat Prabu Jayabaya, raja bijaksana Kerajaan Kadiri.

Nama Jayabaya tak bisa dilepaskan dari Jangka Jayabaya, ia dikenal melalui ramalan yang disebut-sebut memprediksi peristiwa besar Nusantara, dari penjajahan bangsa asing, masa sulit yang panjang, hingga tibanya zaman kemerdekaan.

Dilansir beragam sumber, Rabu (17/9/2025), ramalan ini tak hanya beredar dari mulut ke mulut, tetapi juga mengakar kuat sebagai bagian dari tradisi lisan Jawa.  Oleh karena itu tidak heran jika petilasan ini sering dianggap sebagai ruang bersemayamnya energi masa lalu.

Setiap hari, terutama menjelang malam Jumat, petilasan ini tak pernah sepi. Warga datang dari berbagai daerah untuk berziarah, menyalakan dupa, dan merapalkan doa.

“Kalau saya ke sini, rasanya adem. Ada yang beda dari tempat lain,” ujar Sulastri (45), seorang peziarah asal Nganjuk.

Di sisi lain, ada kisah mistis yang santer terdengar. Beberapa pengunjung mengaku pernah mencium wangi bunga tiba-tiba, mendengar suara gamelan samar, hingga merasakan seolah sedang diawasi. Meski sulit dibuktikan secara logika, cerita-cerita itu justru membuat daya tarik petilasan semakin kuat.

Salah satu kepercayaan yang melekat erat pada Jayabaya adalah bahwa ia tidak meninggal secara biasa, melainkan moksa, lenyap bersama raga menuju alam lain.

Hal ini membuat petilasan Pamukasan dihormati bukan hanya sebagai tempat bertapa, tetapi juga diyakini sebagai titik peralihan Jayabaya dari dunia fana menuju keabadian.

Sebagian masyarakat, moksa menandai kesempurnaan hidup seorang manusia, dan bagi Jayabaya, itu menjadi simbol kebijaksanaan sekaligus keagungan yang melampaui batas waktu.

Sementara itu, tidak jauh dari bangunan utama, terdapat Sendang Tirto Kamandanu, kolam alami dengan mata air yang mengalir melalui tiga tingkatan: sumber, tempat penampungan, dan kolam pemandian.

 

Kolam ini juga dilengkapi dengan arca Syiwa Harihara (simbol perdamaian) dan Ganesha, menandakan harmoni spiritual dan kebijaksanaan.

Masyarakat mengadakan upacara adat di kawasan sendang, berupa prosesi ritual napak tilas untuk menghormati Jayabaya setiap 1 suro. Upacara ini menjadi momentum sakral, di mana mistis dan budaya berpadu, menarik perhatian peziarah dan wisatawan.

Bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Kediri, petilasan ini bukan sekadar objek wisata tetapi warisan leluhur. Keteguhan mereka menjaga serta melestarikan tradisi dan budaya sebagai warisan leluhur yang harus dijaga dengan khidmat, menghargai keteguhan masyarakat di Jawa Timur dalam menjaga serta melestarikan tradisi dan budaya.

Petilasan ini terus menjadi saksi bagaimana warisan leluhur tidak hanya bertahan dalam ingatan, sekaligus memberi denyut ekonomi kecil bagi masyarakat setempat.

Wallahu a'lam bish shawab

(Fahmi Firdaus )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya