"Mereka hanya ingin mengintimidasi kita. Dan mereka tidak akan berhasil," ujar pemimpin Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, dalam pidato di hadapan anggota DPR sehari setelah pertemuan di Gedung Putih dengan Trump dan para pemimpin Kongres lainnya yang berakhir dengan renggangnya hubungan kedua partai.
Pemimpin Mayoritas Senat John Thune menggambarkan RUU belanja jangka pendek yang gagal sebagai langkah "nonpartisan" tanpa syarat kebijakan partisan yang selama ini tidak menjadi masalah bagi Partai Demokrat.
"Yang berubah adalah, Presiden Trump ada di Gedung Putih. Itulah inti dari semua ini. Ini politik. Dan tidak ada alasan substantif mengapa harus ada penutupan pemerintah," ujar politisi Republik dari South Dakota itu kepada para wartawan.
Partai Republik pendukung Trump memegang mayoritas di kedua kamar Kongres, tetapi aturan legislatif mengharuskan 60 dari 100 senator untuk menyetujui undang-undang belanja. Artinya, setidaknya tujuh anggota Partai Demokrat diperlukan untuk meloloskan RUU pendanaan.
Demokrat mendapat tekanan dari para pendukung mereka yang frustrasi untuk meraih kemenangan langka menjelang pemilihan paruh waktu 2026 yang akan menentukan kendali Kongres untuk dua tahun terakhir masa jabatan Trump. Dorongan untuk layanan kesehatan memberi mereka kesempatan untuk bersatu di balik isu yang relevan dengan para pemilih.
Selain perpanjangan subsidi kesehatan, Partai Demokrat juga berupaya memastikan bahwa Trump tidak akan dapat membatalkan perubahan tersebut jika disahkan menjadi undang-undang. Trump menolak membelanjakan miliaran dolar yang telah disetujui Kongres, sehingga mendorong beberapa anggota Partai Demokrat mempertanyakan mengapa mereka harus memberikan suara untuk undang-undang anggaran apa pun.