“Tema ini bukan sekadar slogan, tetapi cerminan dari semangat dan kerja keras seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi berbagai tantangan,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Khofifah memperkenalkan filosofi kerja “JATIM BISA” yang merupakan akronim dari Berdaya, Inklusif, Sinergis, dan Adaptif, sebagai arah pembangunan ke depan. Menurutnya, Jawa Timur harus menjadi pelaku utama perubahan, bukan sekadar penonton.
Ia juga menyoroti capaian ekonomi yang menggembirakan. Pada triwulan II-2025, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tercatat 5,23 persen (year on year), melampaui rata-rata nasional sebesar 5,12 persen. Secara kuartalan, pertumbuhannya mencapai 3,09 persen, tertinggi di Pulau Jawa.
“Realisasi investasi pada 2024 mencapai Rp147,3 triliun, tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Ini menjadikan Jawa Timur sebagai lokomotif pembangunan nasional,” tutur Khofifah.
Kemajuan ekonomi, lanjutnya, berdampak signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Per Maret 2025, tingkat kemiskinan di Jawa Timur berhasil ditekan hingga 9,5 persen, dengan kemiskinan ekstrem turun drastis menjadi 0,66 persen. Selain itu, jumlah Desa Mandiri juga meningkat pesat menjadi 4.716 desa, terbanyak di Indonesia.