Kriminolog Soroti Fenomena Teroris Rekrut Anak Lewat Game Online

Arief Setyadi , Jurnalis
Rabu 15 Oktober 2025 18:36 WIB
Ilustrasi terorisme (Foto: Ist)
Share :

JAKARTA – Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala, menilai penggunaan game online sebagai medium perekrutan anak dan remaja oleh jaringan teroris merupakan hal yang dapat dipahami dalam konteks budaya digital generasi muda saat ini. Kelompok teroris sengaja masuk ke ruang-ruang yang menyenangkan bagi target mereka, seperti platform permainan daring, salah satunya Roblox.

"Hal yang lumrah jika kita atau siapa pun berusaha memengaruhi orang lain lewat hal yang disukai. Bagi anak-anak dan remaja, game online adalah hal yang disukai, di mana mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam," kata Adrianus, Rabu (15/10/2025).

Menurutnya, ketika game online disukai, maka anak-anak dan remaja tidak hanya akan berlama-lama bermain game. Namun juga mulai terpengaruh secara perlahan oleh nilai yang secara tidak langsung tertanam dalam game tersebut.

Adrianus menekankan, fenomena ini bukan berarti kelompok teror secara spesifik hanya membidik anak muda, tetapi bagian dari strategi yang lebih luas. Teroris akan menyasar berbagai kalangan sesuai dengan tujuan strategis kelompok tersebut.

"Ada yang mengejar pemilik modal atau orang kaya untuk memperoleh kapital, ada yang berusaha mempengaruhi politisi atau selebritas untuk memperoleh reputasi atau publikasi," katanya.

Kemudian, ada yang berusaha masuk kampus agar dekat dengan kalangan intelektual, dan ada yang mendekati anak muda untuk memperoleh pasokan penempur atau mereka yang berani menjadi 'pengantin'.

Ia juga menyoroti bahaya dari pola perekrutan semacam ini tak hanya berasal dari ideologi ekstrem yang dibawa, tetapi juga dari dampak psikologis negatif akibat kecanduan terhadap permainan daring.

"Kalau anak atau remaja kecanduan game online dan memperlihatkan perilaku aneh seperti tak bisa lepas dari handphone, itu adalah tangga pertama menuju masalah yang lebih serius," katanya.

Namun, Adrianus tidak percaya jika game online secara langsung disalahkan sebagai penyebab anak menjadi teroris. Menurutnya, game hanya membuat anak atau remaja menjadi lebih rapuh atau rentan terhadap kemungkinan terterpa nilai-nilai ekstremisme yang mendukung perilaku terorisme. 

"Perlu interaksi lanjutan dengan pihak yang menyebarkan ideologi itu," katanya.

Ia berharap Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bisa melakukan langkah konkret untuk mengatasi ancaman ini.

"Pelarangan game online memang bukan kewenangan BNPT. Tapi BNPT bisa memberikan saran kepada Kementerian Komunikasi dan Digital untuk melakukan takedown terhadap game online tersebut," ujar dia.

BNPT sempat menyatakan, jaringan teroris mulai menyusup ke dalam permainan online guna merekrut anak-anak dan remaja. Strategi ini sebagai ancaman serius yang tidak boleh diremehkan, karena kelompok usia muda sangat mudah dipengaruhi lewat aktivitas yang mereka sukai.

Mereka melakukan pola rekrutmen secara halus dan terstruktur. Dimulai dari interaksi lewat game, dan perlahan dialihkan ke aplikasi komunikasi pribadi seperti Telegram dan WhatsApp. Kemudian, dilakukan proses indoktrinasi.

"Sedikitnya 13 anak dari berbagai daerah di Indonesia telah terhubung melalui permainan daring Roblox, yang kemudian menjadi pintu masuk bagi jaringan simpatisan teroris," kata Kepala BNPT, Komjen Polisi Eddy Hartono saat Rapat Koordinasi Lintas Kementerian di Jakarta, Selasa, 30 September 2025.

(Arief Setyadi )

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya