Paramiliter RSF Sudan Bantai 460 Warga Sipil di Rumah Sakit Al-Fashir

Rahman Asmardika, Jurnalis
Kamis 30 Oktober 2025 10:50 WIB
Milisi RSF disebut membantai ratusan orang di rumah sakit.
Share :

JAKARTA - Milisi paramiliter Sudan, Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dilaporkan menewaskan ratusan warga sipil di rumah sakit utama di Al-Fashir, beberapa hari setelah mereka merebut kota Sudan tersebut, kata kepala badan kesehatan PBB. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan badan itu "merasa ngeri dan sangat terkejut" atas laporan tewasnya 460 orang di rumah sakit tersebut.

Sebelumnya, Jaringan Dokter Sudan mengatakan bahwa pada Selasa (28/10/2025) para militan RSF telah "dengan berdarah dingin membunuh semua orang yang mereka temukan di dalam Rumah Sakit Saudi, termasuk pasien, pendamping mereka, dan siapa pun yang hadir".

Mereka tidak memberikan angka korban jiwa, tetapi mengatakan fasilitas medis di kota itu telah "diubah menjadi rumah jagal manusia".

Jaringan Dokter Sudan juga menuduh RSF menculik enam tenaga medis—termasuk empat dokter, seorang apoteker, dan seorang perawat—dan dilaporkan menuntut tebusan lebih dari USD 150.000 (Rp 2,48 miliar) untuk pembebasan mereka.

Serangan pada Selasa di Rumah Sakit Saudi juga dilaporkan oleh Komite Perlawanan Al-Fashir, sebuah kelompok aktivis lokal, yang mengatakan bahwa terjadi "keheningan yang mengerikan" setelahnya.

 

Kota itu sebelumnya merupakan benteng terakhir tentara di wilayah Darfur, dan direbut oleh RSF pada Minggu (26/10/2025) setelah pengepungan selama 18 bulan yang ditandai dengan kelaparan dan pemboman besar-besaran.

Sejak konflik meletus pada April 2023, RSF dan milisi Arab sekutunya di Darfur telah dituduh menargetkan orang-orang dari kelompok etnis non-Arab—tuduhan yang dibantah RSF.

Dengan jatuhnya Al-Fashir, PBB, para aktivis, dan lembaga-lembaga bantuan telah menyatakan kekhawatiran atas nasib sekitar 250.000 orang yang terjebak di kota itu, banyak di antaranya berasal dari komunitas non-Arab.

Pemadaman komunikasi telah mempersulit konfirmasi apa yang terjadi.

Sejumlah video yang diunggah di media sosial menunjukkan para milisi RSF mengeksekusi sejumlah orang tak bersenjata dalam beberapa hari terakhir.

Dengan sulitnya mendapatkan laporan langsung dari lapangan, lembaga-lembaga bantuan mengatakan skala penuh kehancuran di dalam dan sekitar Al-Fashir baru mulai terlihat.

Jan Egeland, mantan pejabat tinggi kemanusiaan PBB, mengatakan kepada BBC bahwa situasinya sangat buruk.

"Kami telah mengalami pembantaian di atas semua bulan-bulan kekurangan, kelaparan, dan tanpa perawatan medis," katanya, sebagaimana dilansir BBC.

"Saya pikir ini adalah tempat terburuk di Bumi saat ini; ini adalah darurat kemanusiaan terbesar di Bumi dan itu terjadi dalam kegelapan, sungguh—terlalu sedikit perhatian terhadap apa yang terjadi di Sudan."

 

Dr. Tedros mengatakan sebelum serangan Rumah Sakit Saudi, WHO telah memverifikasi 185 serangan terhadap fasilitas perawatan kesehatan sejak awal perang, yang mengakibatkan 1.204 kematian.

"Semua serangan terhadap perawatan kesehatan harus dihentikan segera dan tanpa syarat. Semua pasien, tenaga kesehatan, dan fasilitas kesehatan harus dilindungi di bawah hukum humaniter internasional. Gencatan senjata!" katanya.

Direbutnya Al-Fashir secara efektif memecah belah Sudan, dengan RSF kini menguasai sebagian besar Darfur dan sebagian besar wilayah tetangga Kordofan, sementara tentara menguasai ibu kota, Khartoum, wilayah tengah dan timur di sepanjang Laut Merah.

Kedua pihak yang bertikai ini sebelumnya bersekutu—berkuasa bersama melalui kudeta pada 2021—tetapi berselisih karena rencana yang didukung internasional untuk bergerak menuju pemerintahan sipil.

(Rahman Asmardika)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya