Memprioritaskan spesies asli lokal (native) agar restorasi lebih selaras dengan ekosistem setempat dan mengurangi risiko invasif, serta memastikan bibit tahan penyakit dan adaptif terhadap kondisi lokasi.
3. Keterlibatan masyarakat lokal
Mengikutsertakan komunitas dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan pasca-penanaman agar ada rasa kepemilikan dan manfaat ekonomi langsung, sehingga keberlanjutan program lebih terjamin.
4. Monitoring dan perawatan jangka panjang
Menetapkan indikator keberhasilan (misal tingkat kelangsungan hidup bibit, pertumbuhan biomassa, pemulihan fauna) dan mekanisme pemeliharaan (penyiangan, perlindungan dari ternak, pengairan awal) untuk memastikan penanaman benar-benar berhasil.
5. Pendanaan dan kebijakan pendukung
Mengkombinasikan skema pembiayaan publik, swasta, dan partisipasi masyarakat serta dukungan kebijakan (insentif, perlindungan lahan) agar program tidak berhenti setelah fase penanaman awal.
(Agustina Wulandari )