KUPANG — Forum Indonesia–Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025 resmi dibuka di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Mengusung tema “Celebrating Shared Cultures and Community Wisdom”, forum ini menjadi ajang strategis yang mempertemukan para menteri kebudayaan, seniman, akademisi, dan komunitas budaya dari berbagai negara di kawasan Pasifik untuk memperkuat jejaring, diplomasi, serta kolaborasi lintas-budaya.
Digelar pada 11–13 November 2025, IPACS menjadi ruang pertukaran gagasan mengenai pelestarian warisan budaya, inovasi kreatif, serta penguatan ekonomi berkelanjutan berbasis budaya. Forum internasional ini diikuti oleh 12 negara Pasifik, antara lain Fiji, Papua New Guinea, Solomon, New Caledonia-Prancis, Kiribati, Marshal, Nauru, Palau, Timor-Leste, Tonga, Tuvalu, dan Vanuatu.
Penyelenggaraan IPACS menegaskan posisi Indonesia sebagai cultural bridge yang menghubungkan Asia dan Pasifik melalui nilai-nilai budaya maritim dan kearifan lokal.
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menyampaikan bahwa IPACS merupakan platform kolaboratif yang dirancang untuk memperkuat jejaring budaya, mendorong dialog lintas komunitas, dan menempatkan budaya sebagai pilar penting dalam pembangunan kawasan. Melalui forum ini, budaya diharapkan dapat menjadi pemersatu negara-negara di kawasan Pasifik.
“Dengan semangat Celebrating Shared Cultures and Community Wisdom, Indonesia menegaskan kembali peran budaya sebagai kekuatan pemersatu di kawasan Pasifik, pendorong pembangunan berkelanjutan, dan kekuatan penting bagi kerja sama regional,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa Indonesia dan Pasifik memiliki potensi besar untuk menjadikan budaya sebagai mesin pertumbuhan bersama melalui kekuatan industri budaya dan kreatif. Potensi budaya tersebut akan dapat terwujud sepenuhnya melalui komitmen kerja sama dan kemitraan.
“Inilah alasan IPACS 2025 digagas, sebagai platform untuk aksi kolektif. IPACS 2025 akan menghasilkan dokumen rekomendasi kebijakan budaya, berisi peta jalan kerja sama jangka panjang yang menempatkan budaya sebagai pilar pembangunan,” ujarnya.
Hadir memberikan sambutan di hadapan para delegasi, Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena turut menyampaikan pentingnya kehadiran IPACS 2025 sebagai ajang budaya berskala internasional yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara kawasan Pasifik.
Dirinya menilai bahwa forum ini menjadi kesempatan bagi Indonesia, khususnya provinsi NTT dalam memperkenalkan kekayaan dan keanekaragaman budayanya.
“Atas nama masyarakat dan Pemerintah Provinsi NTT, kami ucapkan selamat datang di Kupang. IPACS merupakan forum yang penting dalam melahirkan pertukaran gagasan dan ide untuk membangun kebudayaan secara spesifik; menjaga ekologi, iklim, tradisi dan inovasi budaya; serta mendorong ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.
“Semoga melalui IPACS, hubungan kultural di antara negara pasifik bisa dirajut, sekaligus merumuskan langkah konkret dalam pelestarian, pengembangan, pemanfaatan dan diplomasi budaya di kawasan,” tuturnya.
Pembukaan resmi IPACS 2025 ditandai dengan pemukulan alat musik Tifa oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon bersama para menteri kebudayaan dan perwakilan negara-negara Pasifik yang hadir. Pada kesempatan yang sama, Fadli turut meluncurkan prangko edisi khusus IPACS.
Acara ditutup dengan penampilan IPACS Children Choir yang terdiri dari SMPK Giovanni, SD Kristen Tunas Gloria, dan paduan suara anak St. Yoseph Kota Kupang, yang menyanyikan tiga lagu berjudul Ninanoy, A Million Dreams, dan Under The Sun.
Acara pembukaan IPACS 2025 turut dihadiri oleh para menteri kebudayaan dan perwakilan dari negara-negara Pasifik; para Duta Besar dan perwakilan negara sahabat; Wakil Menteri Dalam Negeri, Ribka Jaluk; Wali Kota Kupang, Christian Widodo, FORKOPIMDA NTT, serta komunitas dan pelaku budaya di wilayah Kupang.
Hadir mendampingi Menteri Kebudayaan, di antaranya Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan, Bambang Wibawarta; Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan, Fryda Lucyana; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; Direktur Jenderal Promosi dan Diplomasi Budaya, Endah T.D. Retnoastuti; Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Ahmad Mahendra; serta jajaran pejabat Kementerian Kebudayaan.
IPACS 2025 akan menghadirkan Dialog Tingkat Menteri, pameran budaya dan kerajinan tradisional, serta sesi pleno tematik yang membahas peran budaya sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan di kawasan.
Forum ini mengusung sejumlah tujuan strategis, antara lain memperkuat jaringan budaya antara Indonesia dan negara-negara Pasifik melalui kerja sama berkelanjutan; mendorong dialog lintas budaya guna memperdalam pemahaman antar komunitas; serta menjadikan budaya sebagai pilar Post-2030 Agenda dalam pembangunan global.
Selain itu juga bertujuan mempromosikan diplomasi regional yang inklusif dengan Indonesia sebagai mitra strategis yang setara dan berkelanjutan; dan mendukung pemberdayaan komunitas, khususnya bagi generasi muda dan pelaku budaya lokal.
Dengan melibatkan seluruh negara di kawasan Pasifik, forum ini diharapkan dapat menghasilkan sejumlah capaian nyata berupa dokumen rekomendasi kebijakan antar-menteri budaya pasifik, pembentukan jejaring residensi budaya permanen, lahirnya produk budaya inovatif bernilai ekonomi, serta kebijakan budaya berkelanjutan yang menempatkan budaya sebagai pilar pembangunan berkelanjutan dan inklusif.
Menutup sambutannya, Fadli Zon menegaskan kembali peran Indonesia sebagai jembatan budaya antara Asia Tenggara dan Pasifik yang memperkuat diplomasi berlandaskan kesetaraan dan solidaritas.
“Marilah kita bersama memperbarui komitmen untuk kerja sama budaya, pemberdayaan komunitas, dan pelestarian warisan budaya bersama sebagai fondasi bagi persatuan, kesejahteraan, dan perdamaian abadi di kawasan dan dunia,” tuturnya.
Melalui penyelenggaraan IPACS 2025, diharapkan kerja sama kebudayaan antara Indonesia dan negara-negara Pasifik dapat terus tumbuh menjadi kemitraan yang saling memperkuat, berkelanjutan, dan inklusif.
Forum ini tidak hanya mempererat hubungan antarbangsa melalui budaya, tetapi juga melahirkan kolaborasi nyata yang memberi manfaat bagi masyarakat di kawasan.
(Agustina Wulandari )