Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement
Rachmat Witoelar:

Lanjutkan Negosiasi Climate Change

Insaf Albert Tarigan , Jurnalis-Rabu, 21 Oktober 2009 |16:40 WIB
Lanjutkan Negosiasi Climate Change
A
A
A

JAKARTA - Di saat terakhir jabatannya sebgaai Menteri Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar masih memiliki harapan untuk menjadi negosiator climate change.

Hal ini adalah pekerjaan yang belum diselesaikannya selagi menjadi mentri. Kendati tidak lagi menjadi menteri, Rachmat bertekad melanjutkan tugas sebagai negosiator climate change, terlebih amanat tersebut tertuang dalam keputusan presiden (kepres).   

Megetahui lebih jauh bagaimana dan apa yang akan dilakukan oleh penulis buku berjudul "Catatan Rachmat Witoelar" dan "Parlemen Bicara Lingkungan" yang diluncurkan 19 Oktober lalu, okezone berkesempatan ngobrol-ngobrol di rumahnya, Jalan Widya Chandra IV No 19 Jakarta, Rabu (21/10/2009).

Bapak tampak lelah, masih banyak kegiatan ya?

Lelah sekali saya, dari pukul 06.00 WIB ada kegiatan sampai malam nanti, termasuk ini ngurusin pindahan.

Banyak sekali lukisan Pak, memang pecinta lukisan dari dulu?
 
Dari dulu pecinta lukisan tapi bukan lukisan mahal, yang pinggir jalan asal berkualitas. Saya suka lukisan natural bukan abstrak.

Apa rencana sesudah purna tugas?
 
Saya ada satu bagian kerja yang belum selesai yaitu negosiator tentang climate change. Saya sebagai pribadi Racmat Witoelar bukan sebagai menteri. Akan diteruskan sampai selesai, karena saya ditugasi dengan keppres.

Kabinet belum diumumkan, mengapa Bapak pindah duluan?

Belum pengumuman tapi jadwalnya (jadwal menempati rumah) sudah tanggal 20 sewaktu presiden dilantik. Jadi saya satu keluarga siap-siap pindah ke rumah baru, saya tidak akan ditugasi lagi. Saya tahu sudah lama.

Bagaimana kalau dipilih lagi?

Enggak, saya sudah tahu tapi itu nggak etis saya sampaikan. (cucu perempuannya datang umur kira-kira setahun) Ini cucu Pak?
Iya. Cucu paling kecil, satu-satunya perempuan. (melanjutkan kembali ucapannya yang terpotong) sejak 3 bulan lalu  saya siapkan rumah untuk kembali (karena tidak terpilih lagi jadi menteri) rumah saya di daerah Cibulan. Saya lebih betah di sana karena saya yang membuat, Ir Rachmat Witoelar M.Arch (master arsitek), termasuk rumah Agung Laksono saya yang buat, ada ratusan rumah yang saya buat yang ramah lingkungan untuk mengurangi global warming, atapnya bisa ditanami sayur, tomat, cabai.

Berapa lantai Pak rumah yang di Cibulan, kok bisa ditanami atapnya?

Di Cibulan tiga lantai.

Setelah ini kegiatan selain negosiator climate change apa?

Saya sebagai guru ngajar di Australia dan Amerika Serikat. Di sini utamanya di Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanuddin ada 10 universitas. Saya visiting profesor dengan bidang keahlian sustainable development.

Apa yang perlu dilakukan Menteri Lingkungan Hidup ke depan?

Yang dikejar pengganti Kyoto Protokol. Indonesia diharapkan pelerai pertengkaran negara maju dan berkembang. Itu pertengkaran politik keras. Indonesia bekerja sama dengan Gordon Brown (PM Inggris), Obama, Kevin Rudd. Indonesia dianggap penengah. Sekarang ini dalam hal climate change, negara-negara maju keluar pelitnya, sudah dijanjikan tapi ragu untuk melimpahkan ke negara-negara berkembang. (biaya untuk merawat hutan untuk menjadi paru-paru dunia menyerap emisi karbon dari negara-negara maju. Ini salah satu poin kesepakatan dalam UNFCCC di Bali).

Kalau lingkungan di dalam negeri sendiri bagaimana Bapak melihatnya?

Masih buruk meski dalam lima tahun terakhir ada perbaikan. Dalam akhir-akhir jabatan saya, ada sedikit pencerahan UU Nomor 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ada aturan yang sangat detail mengenai perlindungan lingkungan hidup. Kalau dilaksanakan pasti Indonesia ramah lingkungan hidup. Misal perusak lingkungan wajib dihukum 1 tahun. Ini berat dilaksanakan, misal bupati kasih izin merusak lingkungan itu minimal 1 tahun penjara. Tapi kalau orangnya gampang cincai, memaafkan ya susah juga.tapi mudah-mudahan enggak begitulah.

Apa suka duka selama menjabat menteri?

Lebih banyak sukanya, karena apa yang saya lakukan lebih banyak manfaatnya. Saya kan tidak ada ukuran yang jelas menilai kerja, kalau PU (Menteri Pekerjaan Umum) ada misalnya dalam waktu sebulan harus membangun jalan sekian kilometer. Kalau saya enggak.

(Dadan Muhammad Ramdan)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement