SURABAYA - Pemerintah Kota Surabaya meyakini Presiden RI pertama Soekarno lahir di Kota Surabaya, bukan di Blitar seperti yang tertulis dalam naskah sejarah Indonesia selama ini.
Keyakinan itu didasari fakta yang terungkap dari seminar Pelurusan Sejarah Soekarno di Balai Pemuda, Surabaya, Sabtu (28/8/2010). Atas fakta baru tersebut, Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono berencana mengirim surat ke Sekretariat Negara (Setneg). Tujuannya agar ada pelurusan sejarah mengenai tempat kelahiran Proklamator RI Soekarno (Bung Karno).
Bahwa Soekarno berasal dari Surabaya dan bukan dari Blitar. ”Kami akan mengirim surat ke Setneg terkait itu,” kata Bambang DH di sela seminar kemarin. Seminar yang diikuti sejumlah sejarawan dan politikus itu mengungkapkan kiprah Soekarno sejak lahir hingga menjadi presiden.
Tak hanya penjelasan sejarawan, bukti bahwa Soekarno lahir di Surabaya juga termaktub dalam semua penulisan biografi Bung Karno sebelum 1970. Di sejumlah buku itu tertulis bahwa Soekarno lahir di Surabaya.
Disebutkan, akhir tahun 1900, ayahanda Soekarno, R Soekani Sosrodiharjo, dipindahtugaskan dari Singaraja, Bali, menjadi guru sekolah rakyat Sulung, Surabaya. Di Surabaya itulah istrinya, Nyoman Rai Srimben, pada 6 Juni 1901 melahirkan seorang putra yang diberi nama Kusno Sosrodihardjo yang kemudian menjadi Soekarno. Pernyataan yang sama juga dilontarkan peneliti dan pengajar di Universitas Trisakti Jakarta Yuke Ardhiati.
Menurut dia, banyak di antara masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui bahwa sang Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno adalah juga arek Suroboyo (pemuda asal Kota Surabaya). Eksplorasi Yuke untuk mengungkapkan semangat arek Suroboyo yang terpantul dari jiwa seni dan semangat perjuangan Soekarno diterapkan dalam teori arketipe tentang konsep diri dari gagasan Carl Gustav Jung. Yuke menjelaskan, arketipe merupakan refleksi sifat dominan dari karakteristik manusia.
Menurut dia, dalam diri Soekarno tertanam gabungan dari berbagai arketipe, yaitu mother, hero, dan mona berpadu sekaligus. ”Soekarno memiliki sifat menyerupai rahim ibu. Sebagai penyedia sebuah kehadiran, ada semangat patriotik, tetapi sekaligus memiliki daya pesona yang luar biasa dari dirinya,” papar Yuke.
Bambang DH kembali menyebutkan, semua bukti atas kelahiran Soekarno tersebut sudah cukup gamblang dalam beberapa buku biografi Bung Karno. Bahkan dalam pidato Bung Karno, lanjut dia, Soekarno mengaku bahwa dirinya sebagai warga Surabaya. Hanya, kata dia, sejarah tersebut diputarbalikkan sehingga seolah-olah Soekarno lahir di Blitar.
“Ini menunjukkan bahwa penghargaan kepahlawanan di Indonesia masih kurang. Bahkan Surabaya sebagai Kota Pahlawan juga belum pernah mendokumentasikan proklamator tersebut sebagai nama jalan,” sindir pria yang sebentar lagi mengakhiri jabatan sebagai wali kota dan akan menduduki posisi Wakil Wali Kota Surabaya.
Bambang menilai Soekarno yang tumbuh kemudian menjadi bapak bangsa bukanlah lahir dari situasi instan. Namun dia dengan penuh kesadaran langsung menerjunkan dirinya di tengah-tengah kehidupan bangsanya yang hidup tertindas oleh penjajahan. ”Temuan- temuan di lapangan membentuk jiwanya sehingga tumbuh menjadi bapak bangsa,” tuturnya.
Dia mengatakan, dengan kondisi itu, tidaklah berlebihan apabila Bung Karno menyebut dirinya sebagai penyambung lidah rakyat. Karena itu, Pemkot Surabaya berterima kasih atas gagasan penyelenggaraan seminar tentang Soekarno itu. “Sebab Soekarno yang sempat terlupakan telah ditemukan kembali oleh arek-arek Suroboyo. Bahwa Soekarno adalah pemimpin besar mereka,” tandas Bambang. (ded)
(Muhammad Saifullah )