Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Opini Negatif Media Asing Pukulan Telak Buat SBY

Insaf Albert Tarigan , Jurnalis-Kamis, 07 April 2011 |12:07 WIB
Opini Negatif Media Asing Pukulan Telak Buat SBY
A
A
A

JAKARTA - Opini negatif mengenai kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di harian The Wall Street Journal edisi 30 Maret 2011 merupakan satu pukulan telak yang menunjukkan apresiasi dunia internasional terhadap Presiden mulai surut. 
 
Apresiasi yang selama ini kerap dibanggakan baik oleh Presiden dalam berbagai pidatonya maupun oleh politisi Partai Demokrat, pendukung utamanya dalam pemerintahan.
 
Demikian dikatakan Pengajar Ilmu Politik Universitas Paramadina Yudi Latif menggapi kritik media internasional terhadap Presiden.
 
“Saya kira ini bukan serangan terhadap negara. Tapi menunjukkan bahwa apresiasi internasional terhadap Presiden Yudhoyono mulai surut. Ini pukulan telak karena di dalam negeri juga apresiasi terhadap Presiden berada di titik nadir,” kata Yudi saat dihubungi okezone di Jakarta, Kamis (7/4/2011).
 
Yudi mencontohkan bagaimana tokoh-tokoh agama bulan lalu yang juga mengkritik sangat keras dengan menuding Presiden berbohong.
 
Selama ini, kata Yudi, Presiden mendapat citra positif baik dari media maupun pemerintah Barat. Dia dikenal sebagai “Good Boy” yang berkomitmen dalam memerangi terorisme dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
 
Namun, perlahan-lahan citra ini tergerus oleh sejumlah skandal seperti maraknya aksi kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyah, penyerangan terhadap rumah ibadah non muslim dan upaya pelemahan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi. “Belakangan, pemerintahan ini sudah mulai menerobos batas-batas kepatutan yang bagi dunia Barat sering sensitif seperi isu HAM, Ahmadiyah dan penyerangan rumah ibadan non mulsim. Bagaimanapun itu mengurangi reputasi baik Presiden,” kata Yudi.
 
Citra Yudhoyono kian memburuk, ketika terjadi teror bom buku yang dikirim ke alamat sejumlah orang. Teror ini menimbulkan tanda tanya besar karena seperti mempermainkan nyawa manusia dengan modus di luar kebiasaan teroris konvensional.
 
Yudi menambahkan, seharusnya opini negatif media internasional diterima dan ditanggapi dengan baik. Menanggap berita negatif sebagai serangan terhadap negara merupakan hal ironis.
 
“Selama ini kan Presiden dan juga Partai Demokrat selalu membanggakan apresiasi internasional kepada Indonesia. Apapun yang sifatnya positif selalu dijadikan rujukan dan sering dikutip. Sekarang ada suara lain dari pers asing mengapa diakatakan serangan kepada Negara. Ini lucu, sesuatu yang baik dijadikan endorsement, kritik pedas dikatakan ancaman kepada negara,” katanya.
 
Pendapat Yudi sejalan dengan catatan okezone yang menemukan  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kerap mengutip opini positif media asing terhadap Indonesia. Salah satunya ketika menyampaikan pidato dalam penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011 di Istana Negara, 28 Desember 2010 lalu.
 
Berikut kutipannya:
 
“Berbagai kinerja makro ekonomi di tanah air selama setahun terakhir, diakui dan diapresiasi oleh komunitas internasional. Kita mencermati majalah The Economist edisi Desember 2010 pada artikel bertajuk The World in 2011, menyatakan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru --new emerging economy-- yang memiliki perspektif perekonomian yang baik, karena ada capaian --achievement- yang baik di kala dunia mengalami krisis. Pertumbuhan ekonomi kita diproyeksikan mencapai kisaran 6 persen di tahun 2011 mendatang. "
 
"Demikian pula majalah Foreign Policy edisi Desember 2010 mengangkat artikel bertajuk The Indonesian Tiger, yang mengulas tentang peluang Indonesia untuk menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia baru, melengkapi Brasil, India, Rusia dan Cina dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang.”

(Hariyanto Kurniawan)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement