JAKARTA - Indonesia dalam beberapa pekan belakangan diserang sejumlah opini negatif. Teranyar, publikasi berita yang dilakukan Majalah Time yang menyebut Bali bagaikan berlibur di neraka.
Anggota Komisi I DPR Yahya Sacawiria mengakui ancaman terhadap keamanan dan kepentingan nasional saat ini tidak berasal dari ancaman tradisional berupa kekuatan militer, namun didominasi oleh ancaman nirmiliter yang sifatnya asimetris.
Ancaman asimetris ini dapat berasal dari teknologi dan informasi. "Ancaman ini aktornya bisa dari negara atau non-negara. Dan memang implikasi dari keterbukaan dalam informasi global," kata Yahya saat dikonfirmasi kemarin.
Indonesia dengan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, menurutnya, tidak bisa terhindar dari ancaman tersebut. "Dengan sumber daya yang kita punya, pasti ancaman selalu ada," katanya. Dia menyebutkan, salah satu contohnya artikelartikel tentang Indonesia yang dimuat oleh situs WikiLeaks.
Menurutnya, informasi sepihak yang dikeluarkan tersebut bertujuan melemahkan kondisi Indonesia. Begitupun dengan munculnya berita negatif terkait Pulau Bali di media internasional. Anggota Fraksi Partai Demokrat ini menilai, pemberitaan tersebut lebih menjurus pada ancaman untuk kepentingan ekonomi.
"Ini pasti karena persaingan mengingat di mana-mana negara lain berebut menjadi tujuan wisata utama dunia," katanya. Terkait ancaman asimetris berupa teknologi dan informasi, Yahya menyebutkan, rambu berupa regulasi untuk mengatasinya memang diperlukan.
Karena itu, Undang- Undang tentang Keamanan Nasional yang sejumlah substansinya berkaitan dengan penanganan ancaman asimetris akan segera dibahas di DPR. Namun, lanjut Yahya, seluruh komponen masyarakat dalam negeri juga seharusnya turut berpartisipasi dalam melakukan penangkalan atas informasi- informasi tersebut.
"Kita juga harus introspeksi. Jika memang Bali ternyata kotor, jangan tinggal diam. Jangan sampai ada celah muncul informasi-informasi negatif," katanya.
Situs TIME yang terbit 1 April kemarin menurunkan artikel editorial berjudul ”Holidays in Hell : Bali’s Ongoing Woes”. Artikel yang ditulis Andrew Marshall menyebut, berlibur di Bali bagai berlibur di ‘neraka’.
Sebagai daerah tujuan wisata, Bali disebut penuh sampah serta informasi miring lainnya. Sebelumnya, The Wall Street Journal edisi 30 Maret 2011 merilis tulisan opini Kelley Currie yang mendiskreditkan Pemerintah Indonesia. Mantan Asisten Khusus Wakil Menlu AS untuk Demokrasi dan Urusan Global dan Koordinator Khusus untuk Isu Tibet di Departemen Luar Negeri AS itu menyoroti sejumlah kegagalan SBY dalam mengelola sistem politik, hukum, dan HAM di Tanah Air. Masih di bulan yang sama, tepatnya 11 Maret, dua media Australia, The Age dan Sydney Morning Herald, memberitakan informasi yang menyudutkan pemerintah. Berita di kedua harian ini bersumber pada WikiLeaks.
Terkait informasi The Age dan Sudney Morning Herald, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi pernah menyatakan bahwa semua pemberitaan di dua koran tersebut sama sekali tidak benar dan penuh kebohongan. "Itu semua tidak benar.Tidak mengandung kebenaran. Ini semua mengandung serangan asing kepada kita. Hati-hati kita," tutur Sudi saat itu.
(Ahmad Dani)