Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kasus NII di Malang Ada Unsur Intelijen Bermain

Nurul Arifin , Jurnalis-Rabu, 27 April 2011 |19:01 WIB
Kasus NII di Malang Ada Unsur Intelijen Bermain
Ilustrasi cuci otak (Foto: Ist)
A
A
A

SURABAYA- Banyaknya mahasiswa yang menjadi korban cuci otak yang diduga dilakukan oleh gerakan Negara Islam Indonesia, karena sistem pendidikan agama yang kurang.

Bahkan dengan mudah para pencuci otak ini menjadikan mahasiswa sebagai saasaranya. Sebab pada masa itu kondisi emosi sangat labil.

“Mereka yang ilmu agamanya terbatas, labil emosinya, dan sedang mencari identitas akan menjadi sasaran empuk gerakan semacam ini yang memang telah ada sejak lama," kata Ahmad Zaroh, Guru Besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, ketika dimintai komentar terkait maraknya aksi cuci otak kelompok NII, Rabu (27/4/2011).

Dia menambahkan, setelah mahasiswa didoktrin makar akan terjadi perubahan yang sangat drastis. Mereka akan berubah menjadi eksklusif. Padahal jika berbicara soal NII tentunya sangat tidak beralasan.

Ahmad mencontohkan, beberapa ulama Islam kelas dunia dan berpengetahuan luas tidak pernah bersikap eksklusif dan mementingkan berdirinya negara Islam. "Islam itu luwes dan rahmatan lil alamin (memberikan rohmat bagi seluruh alam-red)," papar Zaroh.

Minimnya pemahaman agama ini, lanjutnya, porsi kurikulum pendidikan agama saat ini banyak yang tumpang tindih. sehingga menyebabkan pemahaman kurang dan cenderung setengah-setengah.

Hal itu sangat ironis dengan kondisi mahasiswa yang labil dengan suplemen agama yang minim. “Ini menjadi lampu kuning bagi pemerintah, khususnya kementrian agama dan pendidikan untuk memperbaikinya.” katanya.

Sementara menanggapi kasus pencucian otak di Malang itu, Zaroh menyangsikan bahwa kejadian itu bermodus penipuan.

“Anomali penipuan bisa saja, tetapi saya lebih meyakini ini adalah gerakan intelijen tapi entah dari pihak mana, bisa dari luar atau dalam," katanya.

Ia menjelaskan, pihak dalam pun bisa karena secara teori memang sulit melemahkan Islam dari luar.

"Seorang jendral pernah berkata pada saya, bahwa dia meragukan kemampuan Amrozi merakit bom dengan daya ledak begitu besar, pasti ada yang mengajari. Saya juga heran orang dengan karakter tertutup seperti M Syarif bisa melakukan operasi begitu rapi menembus kantor polisi di Cirebon, pasti ada pihak di belakang yang men-suport,” tukasnya.

(Kemas Irawan Nurrachman)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement