Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Berburu Khasiat Air Sumur Tua Bung Karno

Solichan Arif , Jurnalis-Jum'at, 15 Juni 2012 |18:58 WIB
Berburu Khasiat Air Sumur Tua Bung Karno
Air dari sumur tua Bung Karno (Foto: Solichan Arif/Koran SINDO)
A
A
A

BLITAR - Siang pertengahan Juni 2012 begitu panas. Dengan langkah setengah berlari, lebih dari sepuluh anak dengan pakaian kaos seragam yang sama, tampak antusias menuju ruang belakang Istana Gebang atau rumah peninggalan keluarga Bung Karno di Jalan Sultan Agung Kelurahan/Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.

Tawa riang meningkahi derap langkah tergesa membuat suasana ruangan terdengar lebih meriah. Anak-anak yang masih duduk setingkat sekolah dasar ini berhenti di sebuah sumur yang berjarak sekitar dua meter dengan ruang dapur. Sejumlah anak yang kalah gesit memilih berdiri bergerombol agak menjauh dari sana. Selain menghindari cipratan air yang terpancar cukup keras dari kran air yang terbuka lebar, para bocah itu sepertinya tengah asyik menyimak petunjuk pamandu Istana Gebang yang tampak serius memberi penjelasan.
“Inilah sumur peninggalan keluarga Bung Karno,“ tutur Neti (30), salah satu pemandu tempat wisata sejarah Istana Gebang menjelaskan. Sumur yang dimaksud Neti adalah sebuah sumur tua. Tinggi dindingnya kurang lebih sepinggang orang dewasa. Sedangkan diameternya tidak lebih dari satu setengah meter.
 
Pada bagian atas atau bibir sumur tergelar anyaman bambu dengan lebar memenuhi separuh lebih memenuhi bibir sumur. Tabir bambu memang sengaja ditempatkan disana. Gunanya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya benda-benda pribadi yang bisa saja jatuh ke dalam sumur atau anak-anak yang kelewat penasaran ingin melihat air sumur lebih dekat. Sebab mata air tersebut memiliki kedalaman sekira lima meter.
 
“Dari air sumur inilah Bung Karno dan seluruh keluarganya menggunakan untuk mandi, minum dan keperluan memasak serta mencuci,“ terang Neti. Tidak diketahui pasti kapan Istana Gebang dibangun. Sejumlah sumber sejarah menyebut tahun 1860. Namun, ada sumber lain yang mengatakan tahun 1914.
 
Disebutkan bahwa rumah bergaya arsitek Belanda tersebut, yakni bangunan tinggi dengan kusen dan pintu yang besar serta tanah yang lebar hingga 2 hektar itu, dulunya milik seorang meneer Belanda. Mendiang Poegoh Wardojo, seorang pengusaha kaya raya jaman itu, membelinya untuk istrinya, Soekarmini yang tak lain kakak kandung Bung Karno. Tidak hanya Wardojo-Soekarmini dan anak-anaknya. Soekarno muda yang berada di sana. Begitu juga kedua orang tua Bung Karno, yakni R Soekeni Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai juga menempati salah satu dari sekian kamar yang ada.
 
Sumur tua itu, kata Neti dibangun sekira tahun 1914. Masa dimana 31 tahun kemudian negara Indonesia mencapai kemerdekaan. Sebagaimana sumur di dalam masyarakat jawa pada umumnya, untuk mengambil air, ujar Neti, dulunya dilakukan dengan cara menceburkan timba ke dalamnya. Kemudian dengan sebuah tali yang melingkar pada lingkaran logam yang tergantung pada tiang di atasnya, timba yang terisi air dikerek ke atas permukaan.
 
Jejak kerekan dan tiang tumpuan diatasnya tersebut hingga kini masih ada. “Seiring perkembangan jaman, cara mengambil air itu (kerekan) sempat diganti dengan cara memasang pompa hidrolis merek dragon di dekat sumur," paparnya.
 
Sumber mata air sumur tua Istana Gebang itu tidak pernah kering. Meskipun musim kemarau panjang terjadi, menurut Neti, sumur tetap mengalirkan airnya yang cukup bening. Sejak Bung Karno masih ada hingga seluruh penghuni tergantikan cucu Soekarmini, para pembantu yang bekerja Istana Gebang selalu menggunakanya sebagai air minum. Mereka tidak pernah mendidihkannya terlebih dahulu.
 
“Semua yang disini langsung meminumnya mentah-mentah. Saya sendiri juga begitu,“ terangnya. Begitu juga dengan pemandangan siang itu. Anak-anak sekolah dasar yang tengah berdarmawisata di Istana Gebang juga melakukanya. Hanya pengambilan air sumur tua Istana Gebang itu tidak lagi menggunakan pompa hidrolis atau timba kerekan. Tapi cukup membuka kran air yang terpasang di sana. Sebab tenaga pompa listrik telah menyedotnya dan mengalirkan ke pipa-pipa kran.
 
Dari gelas-gelas yang sengaja di sediakan di sana, bocah-bocah kecil itu meneguknya langsung. Beberapa anak terlihat ragu-ragu, tapi pada akhirnya tetap melakukan apa yang dilakukan temanya lebih dulu. Begitu juga dengan beberapa wisatawan dewasa yang datang ke sana juga melakukan hal serupa.
 
“Sejumlah orang mempercayai, terutama para wisatawan yang datang bahwa air sumur ini bisa membawa khasiat. Dan yang pasti kami tidak pernah terkena influensa meskipun meminum air ini,“ jelas Neti yang bekerja di Istana Gebang sejak 7 Januari 2012 lalu. Seseorang yang sebelumnya mudah sakit mengaku lebih sehat setelah mengkonsumsi air sumur tua Bung Karno. Begitu juga yang sebelumnya mudah merasa pegal linu pada persendianya, juga sirna setelah merasakan air sumur tua ini.
 
Banyaknya orang yang mengambil air sumur tua itu mendorong pengelola Istana Gebang mewadahi air ke dalam kantong plastik berukuran satu kilogram. Setiap hari, tersedia sebanyak 50-100 kantong air. Dalam hari yang sama pula, seluruh air tersebut ludes. Tidak jauh dari plastik-plastik berisi air tersebut ada sebuah kaleng biskuit ukuran sedang. Di dalamnya berisi uang pecahan recehan serta beberapa uang logam. Diperkirakan total jumlahnya tidak lebih dari Rp20 ribu.
 
“Ini adalah sukarela bagi wisatawan yang mengambil air. Namun pada prinsipnya kita tidak pernah meminta. Karena air sumur tua ini memang disediakan secara gratis untuk semua,“ pungkas Neti.
 
Santi (37), salah seorang wisatawan dari Kabupaten Tulungagung mengaku selalu mengambil air sumur tua setiap berkunjung ke Istana Gebang. Selain untuk dirinya sendiri, air tersebut juga diberikan kepada kerabat dan teman-teman dekatnya. “Penyakit pegel linu saya sepertinya berkurang banyak setelah mengkonsumsi air ini. Tapi saya tidak tahu apakah ini sugesti saja atau memang demikian adanya,“ tuturnya.

(Dede Suryana)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement