Sindonews.com - Peluang Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) untuk menjadi presiden dinilai sangat kecil. Menurut sejumlah pengamat politik, Ical seharusnya belajar dari pengalaman Wiranto dan Jusuf Kalla saat menjadi capres Partai Golkar pada Pilpres 2004 dan 2009.
Pengamat politik dari Charta Politika Karel Harto Susetyo menjelaskan,selama ini sudah terbukti bahwa mesin politik Golkar lebih efektif manakala menghadapi pemilu legislatif.
"Saat pilpres, kinerja mesinnya menurun. Apalagi secara personal, banyak kalangan yang menilai figur Ical memiliki beberapa cacat politik," terang Karel di Jakarta kemarin.
Dengan sikap seperti itu, kata Karel, secara tidak sadar Ical sebenarnya juga sedang mendorong Golkar menuju kekalahan di Pemilu 2014.
Hal senada dikatakan pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Syaiful Umam.Dia menilai Ical tidak memiliki daya jual yang tinggi di masyarakat. "Dia banyak dikaitkan dengan kasus-kasus besar yang membuat citranya tidak baik seperti Lapindo, pajak," ujar Umam.
Sementara itu,Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menegaskan bahwa hingga kini dirinya belum mengambil keputusan atas tawaran yang datang untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres), termasuk menjadi pendamping Ical.
"Sekali lagi saya tegaskan, saya ini tidak ada potongan dan jahitan sebagai capres atau cawapres. Saya akan konsisten dengan tugas saya di MK dan baru akan putuskan semua di tahun 2013," tegas Mahfud dalam acara ramah-tamah dengan warga negara Indonesia (WNI) yang digelar KBRI Aljir di Aljazair kemarin.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengapresiasi niat Ical yang mengaku tertarik meminang sekjennya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menjadi cawapres. "Tapi kalau serius ya tidak dibicarakan di koran. Ibaratnya lamaran kan datang ke rumah," ujar Anas.
Ical sendiri mengaku belum memutuskan cawapres bagi dirinya. Meski begitu, dia mengakui bahwa nama Mahfud MD dan Ibas masuk dalam bursa cawapres Golkar. (san)
(Hariyanto Kurniawan)