Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mau Menang, Foke Harus Mampu Ubah Pemilih Melankonis

Muhammad Saifullah , Jurnalis-Selasa, 04 September 2012 |19:53 WIB
   Mau Menang, Foke Harus Mampu Ubah Pemilih Melankonis
A
A
A

JAKARTA - Pertarungan pada putaran kedua Pemilukada DKI Jakarta dipastikan akan tambah seru. Kedua kubu akan saling adu strategi untuk meraup simpati publik.

Melihat situasi ini, pengamat ekonomi politik dari STEKPI Agung Nur Farah menyatakan pihak yang paling mampu memoles kandidatnya yang akan memenangkan pertarungan. Pasalnya, tipikal pemilih di ibu kota cenderung melankonis.

Karena itu, dia memberikan saran kepada Fauzi Bowo. Foke, demikian dia biasa disapa, akan mampu memenangi Pemilukada DKI putaran dua dengan syarat bisa mengubah pola pikir pemilih. “Jika Foke mau menang maka harus membuat langkah taktis untuk membuat masyarakat lebih cerdas memilih,” ujar Agung dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (4/9/2012).

“Kalau pemilih melankolis, maka yang akan menentukan pilihan adalah brand, image atau citra. Tapi kalau masyarakat cerdas maka pilihannya akan objektif. Jokowi baru akan menang kalau masyarakatnya tetap melankolis,” imbuhnya.

Jika dilihat dari sisi  kemampuan, menurut Agung , Foke masih lebih baik ketimbang Jokowi. Sebab, masalah di Jakarta berat, tidak seperti Solo. “Jangankan  jadi gubernur, untuk menjadi warga biasa saja kalau orang datang langsung dari kampung bisa stres kok, apalagi jadi pemimpin,” ungkapnya.

Ia mengatakan kondisi Solo dan Jakarta sangat jauh berbeda. Tantangan memimpin Jakarta jauh lebih berat dibandingkan memimpin Solo. Jakarta, kata dia, dihuni oleh beragam etnis serta menjadi pusat pemerintahan dan ibu kota negara. Sedangkan, Solo didominasi oleh satu etnis tertentu dan masih kuat dengan tradisi kebudayaan. "Tak rasional jika kepemimpinan di Solo dan kepemimpinan di Jakarta dijadikan barometer perbandingan keberhasilan," ujar dia.

Memimpin Solo, ujarnya, masih bisa menampilkan ketokohan serta melalui cara-cara pendekatan kekeluargaan. Sedangkan, memipin Jakarta harus dibuktikan melalui keberhasilan pembangunan. Masyarakat akan merasa senang jika merasakan langsung hasil kinerja pemerintah daerahnya.

Apalagi hanya sekedar menampilkan ketokohan, justru hanya akan melahirkan pemerintahan sesaat. Frustasi warga akan berkenjangan karena nasib Jakarta jauh lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Objektifnya, seharusnya warga melihat kinerja yang langsung dihasilkan oleh Pemprov DKI saat ini.

"Masyarakat tidak melihat bagus tidaknya pemimpin tersebut dan cenderung melihat belakangan. Model semacam ini bisa dikategorikan pemilih yang tidak cerdas," tandasnya.

(Muhammad Saifullah )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement