JAKARTA - Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menilai segala kritikan yang dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai tanda cinta.
"Sekarang kan musimnya sudah berubah. Musimnya musim demokrasi. Jadi kalau ada gagasan, pikiran atau kritik itu bukan serangan. Tapi boleh jadi tanda cinta, he-he-he," kata Anas usai menjadi pembicara dalam diskusi bertema 'Telaah Komunikasi Politik Anas Urbaningrum' di Jalan Rimba Buntu, Jakarta Selatan, Minggu (10/11/2013)
Mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu mengatakan jika setiap kritik dianggap sebagai serangan, maka Indonesia kembali seperti zaman Orde Baru.
"Dulu zaman orde baru, saya ingat pikiran berbeda dianggap sebagai menyerang pemerintah," ucapnya.
Menurut Anas, jika kritik atau gagasan yang dia lontarkan berbeda dengan pandangan SBY, maka tak seharusnya hal itu dianggap serangan yang menyudutkan pemerintah.
Sebelumnya, sistem partai dan pemikiran SBY dikritik oleh Anas. Tak hanya itu, gaya pidato SBY pun juga dikritik pendiri ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) itu. Menurutnya, gaya berpidato dari orang nomor satu di Indonesia itu membuat mengantuk.
"Pidato panjang seringkali membosankan, bikin ngantuk, dan malah bikin marah, ha-ha-ha. Ya kan? Apalagi monoton kurang bisa membangkitkan minat audiens. Saya bukan ahli pidato, saya kalau pidato enggak panjang. Saya berusaha mencari kalimat-kalimat atau kata-kata baru yang menurut saya bertenaga kata itu," ujar Anas.
(Susi Fatimah)