JAKARTA - Sangat terbatasnya stok calon presiden yang kemungkinan besar betul-betul lolos untuk berkontestasi dalam Pemilihan Presiden pada 9 Juli mendatang patut dikritisi. Rakyat membutuhkan lebih banyak pilihan agar mendapatkan pemimpin berkualitas.
“Dalam Pilpres ini, sepertinya Indonesia kehilangan inisiatif dan alternatif untuk memunculkan pilihan yang lain," ujar Koordinator KontraS, Haris Azhar, dalam diskusi bertajuk Apa Syarat Menjadi Presiden Hari Ini? di kantor KontraS, Jakarta Pusat, Sabtu (3/5/2014).
Perhelatan Pilpres 2014 kemungkinan besar hanya akan disemarakkan oleh tiga kandidat. Yaitu, Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Aburizal Bakrie. Mengenai siapa saja yang akan mendampingi sampai kini masih menjadi teka-teki.
Siapa pun nanti yang akan terpilih, Haris menegaskan, harus bisa menyelesaikan permasalahan masa lalu yang berkaitan dengan perlindungan hak asasi manusia (HAM). Sebab, persoalan ini merupakan tanggung jawab negara seperti tertulis dalam konstitusi.
"Presiden itu orang yang berada dalam konteks pertanggungjawaban negara dan harus memberikan pelayanan, termasuk HAM," ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, masyarakat harus jeli melihat rekam jejak calon presiden yang mereka pilih. Jangan sampai asal pilih lantaran terbuai dengan bujuk rayu dan termakan propaganda para pendukung calon presiden saja. "Apakah nama-nama yang muncul itu mengatasi problem yang riil, yang bahasanya ada di mulut warga dan negara yang menjadi korban," pungkasnya.
(Muhammad Saifullah )