Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sang "Penjaga" Gunung

Oris Riswan , Jurnalis-Jum'at, 16 Mei 2014 |12:47 WIB
Sang
Muhammad Hendrasto (Foto: Afriansyah/Okezone)
A
A
A

BANDUNG - Keberadaan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sangat penting bagi Indonesia. Salah satu tugasnya adalah mengawasi aktivitas ratusan gunung berapi serta menetapkan status gunung-gunung tersebut sesuai kondisinya.

Status gunung api ditetapkan sebagai peringatan bagi warga yang bermukim di sekitar lereng gunung.

Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika peningkatan aktivitas vulkanik gunung api tidak diumumkan ke warga, yang akan terjadi adalah kepanikan. Pemerintah daerah dan instansi terkait pun akan kesulitan mencegah jatuhnya korban.

Namun banyak publik yang belum tahu apa tugas dan fungsi PVMBG. Bahkan, tak banyak yang tahu sejarah berdirinya institusi yang berada di bawah naungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu.

Okezone mendatangi Kantor PVMBG di Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Di tengah kesibukannya, Kepala PVMBG Muhammad Hendrasto, dengan ramah menyambut kedatangan Okezone. Ia pun meluangkan waktu untuk berbagi cerita.



Berbincang santai di taman di depan Kantor PVMBG, Hendrasto memaparkan sejarah berdirinya PVMBG. “Sebetulnya awal berdirinya PVMBG diawali dari letusan Gunung Kelud Jawa Timur pada 1919," ujarnya membuka perbincangan.

Dari kejadian itu, pemerintah kolonial Belanda kemudian mendirikan pos penjagaan gunung api di Kota Bandung pada 1920. Dipilihnya Kota Bandung sebagai lokasi berdirinya pos penjagaan tak lain karena saat itu pusat pemerintahan kolonial Belanda berada di Kota Bandung.

“Dari situ berkembang terus sampai akhirnya jadi bernama PVMBG,” ungkap pria jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Pos penjagaan di Bandung sempat beberapa kali berubah nama. Setelah Indonesia merdeka, namanya adalah Dinas Gunung Berapi di bawah Jawatan Pertambangan. Pada 1966, namanya berubah menjadi Urusan Vulkanologi di bawah Direktorat Geologi.

Pada 1976, namanya kembali berubah menjadi Sub Direktorat Vulkanologi di bawah Direktorat Geologi, Departemen Pertambangan. “Pada 1979 menjadi Direktorat Vulkanologi,” ucap Toto, sapaan akrabnya.

Kemudian, pada 2001, namanya menjadi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana. Institusi ini tak hanya mengurusi gunung api, namun juga bencana pergeseran tanah, gempa bumi, dan tsunami.

Akhirnya, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana bergabung dengan Badan Geologi dan berubah nama menjadi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sampai sekarang.

Toto lalu memaparkan tugas dari PVMBG. Untuk gunung api, PVMBG bertugas melakukan penyelidikan, penelitian, dan pemetaan vulkanologi gunung api. Ini merupakan tugas utama PVMBG.

Untuk gempa bumi, PVMBG bertugas melakukan mitigasi. “Yang paling penting, kami memberikan rekomendasi teknis tentang kesiapsiagaan apa yang harus dilakukan sebelum dan setelah terjadi gempa bumi,” jelasnya.

Sedangkan untuk bencana pergeseran tanah, PVMBG bertugas menyediakan peta pergerakan tanah. Untuk tsunami, PVMBG hanya melakukan mitigasi.

“Dari gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah, kami hanya melakukan monitoring,” paparnya.

Untuk melaksanakan tugas pengamatan gunung api, jelas bukan hal mudah. Sebab 13 persen gunung api di dunia ada di Indonesia.

“Di dunia, kita (Indonesia) terbanyak yang punya gunung api. Ada 127 gunung api,” beber pria kelahiran 23 Oktober 1963 itu.

Dalam melakukan pemantauan, PVMBG sebetulnya terkendala jumlah personel. Jika dilihat dari jumlah pengamat, hanya ada sekira 30 orang, sedangkan gunung yang harus diawasi ada 127. Jumlah tersebut masih jauh dari ideal.

Tak hanya personel, peralatan pun masih terbatas. Dilihat dari jumlah seismograf misalnya, idealnya minimal ada empat seismograf pada satu gunung api. Namun masih banyak gunung api yang hanya menggunakan satu seismograf.

“Di kita sekarang baru sekira 50 persen gunung api yang menggunakan empat sismograf untuk memantau,” beber pria yang memiliki dua anak itu.

Namun, kendala itu tak menjadi alasan PVMBG untuk bekerja maksimal. “Tentu ada strategi pemantauan yang kita lakukan agar semuanya berjalan dengan baik,” bebernya.

Upaya yang dilakukan adalah memaksimalkan peralatan dan personel yang ada. Misalnya, ketika aktivitas vulkanik suatu gunung meningkat, peralatan dan personel dari gunung lain akan digeser penempatannya.

(Anton Suhartono)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement