DEPOK - Perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah wajib diteladani generasi penerus bangsa. Seperti sosok veteran asal Tapanuli yang kini tinggal di Depok Utara, Perumnas, Depok ini.
Namanya, Jongker Manumpak Pandjaitan. Lahir di Tarutung, 19 Desember 1939. Pandjaitan, begitu ia akrab disapa, memiliki istri, enam orang anak, dan 10 cucu dengan kesibukannya sebagi jemaat gereja, dan anggota organisasi lansia.
Pandjaitan didapuk sebagai Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Depok. Ia pindah dari Tapanuli ke Depok sejak tahun 1980. Pandjaitan mempunyai kisah sejarah menarik dan heroik saat berjuang di masa lalu.
Sikap nasionalisme sudah ditunjukkannya sejak usia 9 tahun saat ia duduk di bangku Sekolah Rakyat (SR). Hampir setiap hari ia melihat kekejaman penjajah di kampungnya, Tarutung, Tapanuli. Tahun 1949, ia pernah ditangkap Belanda karena disangka mata-mata. Padahal Pandjaitan hanya mengamati aktivitas penjajah Belanda saat itu bersama teman-temannya.
"Tahun 1949 saya ditangkap Belanda, dituduh mata-mata padahal masih 9 tahun saat di SR, belum tergabung resmi di kesatuan bersenjata, saya bukan veteran pejuang. Sudah otomatis saja saat itu, spontanitas melawan penjajah, saya diintegorasi pakai senjata saat masih kecil, hei stop kamu mata - mata ya. Karena tidak terbukti maka saya dilepas, saat itu masih agresi militer Belanda kedua," tegasnya saat berbincang dengan Okezone belum lama ini.
Pandjaitan mengingat seringkali terdengar tiba - tiba ada suara tembakan Belanda saat ia sedang belajar di sekolah. Pandjaitan menyebut para korban dan mayat yang bergelimpangan sebagai pahlawan tanpa nama. Mayat yang ditinggalkan oleh Belanda di tengah jalan, hingga akhirnya dikubur warga.
"Tahunya ada yang meninggal di sana. Tentara kita berontak, mati di tempat, Belanda sudah tinggalkan mereka saat mati, kita kuburkan mereka, enggak tahu siapa namanya. Jadi sangat berat ya, kita enggak punya kebebasan apa-apa. Belanda sering bawa tawanan, lewati kampung kita," tuturnya.
Hingga kemudian Pandjaitan tergabung resmi di kesatuan bersenjata dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel. Ia merupakan Vetern Pembela dimana setelah penyerahan kedaulatan RI, masih ada perjuangan melawan bangsa asing.
"Seperti Trikora merebut Irian Barat tahun 1961-1963, Trikora, Dwikora, dan Seroja ganyang Malaysia. Saya ikut di Seroja, mempertahakan NKRI," jelasnya.
(Muhammad Saifullah )