Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Warga Keturunan Juga Gelar Upacara Kemerdekaan

Nurul Arifin , Jurnalis-Minggu, 17 Agustus 2014 |16:34 WIB
Warga Keturunan Juga Gelar Upacara Kemerdekaan
Upacara Kemerdekaan di Pasar Atum, Surabaya (Foto: Nurul Arifin/Okezone)
A
A
A

SURABAYA- Sejulah warga etnis Tionghoa juga tak ketinggalan untuk ambil bagian dalam peringatan upacara kemerdekaan RI ke-69 di pelataran Pasar Atum, Surabaya. Mereka menggelar upara pengibaran bendera merah putih.
 
Dalam upacara tersebut, para warga keturunan ini juga menggunakan busana adat Nusantara  dari Sabang hingga Merauke.
 
Upacara pengibaran bendera merah putih dipimpin oleh perwakilan Pasar Atum, Mayjend TNI (Purn) Halim A Hermanti dan juga dihadiri Wakil dari Konsulat Jenderal (Konjen) RRC Mr Tjang Ie Sen. Kemudian untuk pengibar bendera adalah karyawan dan penjaga toko di kawasan Pasar Atum itu.
 
Selesai Upacara, para Etnis Thionghoa ini juga menyanyikan lagu-lagu kebangsaan Indonesia namun diiringi dengan musik-musik dari China. Tak hanya, semarak Hari Kemerdekaan ini juga dilakukan dengan perpaduan budaya antara Indonesia dan China yakni melalui tampilnya atraksi Reog Ponorogo dengan Barongsai ditambah lagi dengan pencak silat.
 
Salah satu peserta upacara Tjie Lie mengaku semangat dalam mengikuti upacara tersebut. Bahkan dalam upacara ini, ia mengenakan busana adat Jawa.
 
"Saya cukup nyaman memakai baju adat Jawa ini. Dan saya senang sekali mengikuti upacara ini," kata Tjie Lie, usai Upacara HUT Kerdekaan RI ke-69 di Pasar Atum, Surabaya, Minggu (17/8/2014).
 
Ia juga mengaku senang dapat berbaur dengan orang-orang yang berbeda etnis. Setidaknya dalam upacaya tersebut dihadiri 3.500 warga dari etnis Thionghoa, Jawa dan lain-lain.  "Berbaur dengan orang-orang yang berbeda etnis ini menunjukkan kebersamaan," tambahnya.
 
Sejarah mencatat, warga Tionghoa juga turut berjuang mempertahankan kemerdekaan pada masa pergerakan nasional Indonesia. Peran serta warga keturunan ini menunjukkan bahwa ada kelompok masyarakat lainnya yang merasa Indonesia adalah tanah air yang kedaulatannya harus dibela.
 
Bahkan,  Pada 10 November 1928, koran berbahasa melayu Sin Po milik seorang warga Tionghoa memuat lirik lagu Indonesia Raya yang diperdengarkan dalam Sumpah Pemuda 1928. Sin Po adalah media yang juga pertama kali berani menyebut kata Merdeka dan Indonesia Raya.

(Muhammad Saifullah )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement