Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Slamet Riyadi, Harley Davidson dan Komunis

Bramantyo , Jurnalis-Senin, 10 November 2014 |13:20 WIB
Kisah Slamet Riyadi, Harley Davidson dan Komunis
Kisah Slamet Riyadi, Harley Davidson dan Komunis
A
A
A

JALAN Slamet Riyadi mungkin tak asing bagi Anda Warga Solo atau Anda yang pernah berkunjung ke Kota Solo. Jalan Slamet Riyadi merupakan jalan raya utama mulai dari Tugu Purwosari hingga Bundaran Gladag, Kota Solo.

Nama jalan tersebut diambil dari seorang pejuang kelahiran Solo, Ignatius Slamet Riyadi. Perjuangan Slamet Riyadi membela tanah air, masih terngiang diingatan mantan Tentara Pelajar, Soehendro. Dia adalah kawan Slamet Riyadi.

Menurut Soehendro, Slamet Riyadi adalah sosok pemuda yang baik, pandai dan tegas. Selain itu rasa cintanya pada bangsa dan negara sungguh luar biasa. Kesetiaannya tidak berbatas pada tanah air, dan juga tanah kelahirannya, Solo.

Soehendro menceritakan, saat itu tahun 1948. Sejumlah tentara pelajar berupaya menghadang gerombolan Komunis di Solo. Tentara Pelajar ketika itu, ingin meminjam senjata kepada pasukan di bawah pimpinan Slamet Riyadi yang berada di Pacitan. Tentara Pelajar saat itu beranggotakan pemuda berusia 13 tahun sampai dengan 18 tahun.

"Saat kita minta bantuan senjata, mas Slamet bukan hanya memberi senjata namun juga pasukannya untuk membantu," jelas Soehendro saat ditemui Okezone, belum lama ini.

Padahal, menurut Soehendro, saat itu posisi Slamet Riyadi berada di markas di Divisi IV di Pacitan. "Tidak usah meminjam persenjataan. Saya akan datang sendiri dengan pasukan satu kompi ke Solo," jelas Soehendro menirukan ucapan Slamet Riyadi.

Janji itupun benar-benar dibuktikan langsung oleh Slamet Riyadi yang datang ke Kota Solo untuk membantu Tentara Pelajar menggempur kelompok Komunis yang sudah 80 persen menguasai penuh Kota Solo.

Soehendro menuturkan, kelompok Komunis saat itu berhasil menyusup ke seluruh kelompok masyarakat, dan juga aparat keamanan. Lewat Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), PKI meneror warga.

Slamet Riyadi bersama tentara pelajar akhirnya menggempur pasukan BPRI yang ketika itu dikomandoi panglima pemberontak bernama Marzuki.

"Tahu bila panglima BPRI dibawa ke pos CPM, saat itu mas Slamet Riyadi datang dan berteriak di depan pos CPM dengan menggunakan motor. Dia naik Harley Davidson untuk meminta panglima pemberontak, Marzuki, dan akhirnya dieksekusi di pangkalan Panasan," urainya.

"Hanya dalam waktu satu jam, seluruh Solo bersih dari tentara BPRI pendukung komunis, aman terkendali," lanjutnya.

Setelah berhasil menumpas PKI di Solo akhirnya perwakilan dari Tentara Pelajar mengirim surat kepada Bung Karno di Ibu kota RI yang saat itu berkedukan di Yogyakarta. Dan melaporkan bila Tentara Pelajar yang membersihkan PKI dari Kota Solo.

"Saat membaca isi surat tersebut Bung Karno menangis, 'kalian adalah pemuda-pemuda sekolah pertama di seluruh dunia yang berani mengayunkan langkah politik'," ungkap Soehendro.

Bung Karno akhirnya memberi anugerah gelar dan pangkat pada mereka. Yang semula hanya tentara pelajar diangkat jadi anggota TNI dan diberi pangkat ketentaraan. "Sedangkan Slamet Riyadi bukan dari tentara pelajar. Tapi dari semula, Slamet Riyadi adalah TNI," pungkasnya.

(Stefanus Yugo Hindarto)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement