Khofifah Ingin Ada "Rumah Mao Tse Tung" di Indonesia (Foto: Dok Okezone)
JAKARTA - Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara negara. Kutipan pasal 34 UUD 1945 itu menjadi pegangan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam menjalankan tugasnya.
Namun, kenyataannya, Khofifah mengakui fasilitas untuk menampung sejumlah anak terlantar dan membutuhkan bantuan yang dimiliki pihaknya masih jauh dari cukup.
"Anak yang bermasalah dengan hukum, Kemensos baru meng-cover 8 persen. Butuh panti rehab, tapi Menkum HAM punya lebih banyak dari pada Mensos. Mereka yang bermasalah dengan narkotika, BNN punya jauh lebih banyak panti, dan masyarakat juga punya jauh lebih banyak lagi dari pada Mensos," ungkap Khofifah saat menyambangi redaksi Okezone, Senin 24 November, kemarin.
Tindakan preventif, sambungnya, memang harus lebih banyak dilakukan sebelum anak-anak terjerumus pada hal negatif.
"Sebab di panti paling tidak dia butuh dua tahun. Indent mau masuk atau keluar panjang waktunya. Konseler yang bersertifikat ini mahal, kalau nunggu APBN sampai kiamat enggak selesai. Jadi butuh partnership. Kemitraan menjadi faktor percepataan pelayanan," terangnya.
Berdasarkan studi yang dilakukannya ke Tiongkok, dia mengatakan bahwa sulit menemukan gelandangan di negeri ginseng itu. Sebab, masyarakat di sana ternyata tidak tertarik dengan bantuan kredit. "Kalau mau memberikan kredit berapa interestnya? Cuma nol sampai 10 persen. Di sana sulit cari gelandangan," terangnya.
Perlakuan yang dilakukan China pada gelandangan dan anak jalanan, kata Khofifah, adalah menampung di rumah besar mewah dengan fasilitas lengkap hingga ada kolam renang di dalamnya. Rumah itu, sambung dia, adalah peninggalan Mao Tse Tung, Presiden China pertama.
"Apa yang bisa kita lihat di sana pada gelandangan, di Beijing itu ada di rumahnya Mao. Tahun 1994 saya ke sana 1999 saya lihat lagi. Itu persis seperti programnya Pak Domo (Laksamana TNI Purnawirawan Sudomo) dulu punya program Esok Punya Harapan. Di China, anak jalanan dibawa research children center. Ketika di situ, dia sekolah, ada tae kwondo, renang. Akhirnya supaya pegang duit, memikirkan itu dengan pemilik handy craft yang ada quality control," paparnya.
Ia pun berharap, hal serupa juga bisa dilakukan di Indonesia. "Ya, kali-kali aja bos-nya Okezone bisa melakukan hal itu," seloroh Mensos disambut tawa.
(Dede Suryana)