Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mensos Khofifah: Dulu Saya Ingin Jadi Pembalap

Ferio Pristiawan Ekananda , Jurnalis-Selasa, 20 September 2016 |17:32 WIB
Mensos Khofifah: Dulu Saya Ingin Jadi Pembalap
Mensos, Khofifah Indar Parawansa (foto: Dede/Okezone)
A
A
A

JAKARTA – Siapa sangka sosok Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa dulunya dikenal tomboi dan suka ugal-ugalan, terutama ketika mengendarai sepeda motor.

“Dulu saya ingin sekali menjadi pembalap, suka nyetir motor sendiri. Kalau naik motor juga kencang, ugal-ugalan. Jadi kadang yang dibonceng takut kalau saya nyetir. Tapi sekarang jadi menteri, ya sudah takdir,” kata Khofifah dalam Diskusi Redbons di Kantor Redaksi Okezone, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Senin (20/9/2016).

Mahalnya biaya untuk menjadi pembalap membuat Khofifah mengubur dalam cita-citanya itu. “Dulu sekira 1982-1983, saya tanya teman kakak saya yang juga jadi pembalap, katanya minimal punya uang Rp50 juta sekali balapan. Saya dapat uang dari mana kalau segitu,” ujarnya.

Namun, aksi nekat di atas motor tak lantas membuat ibu tiga anak ini juga ugal-ugalan di pentas politik. Ia bercerita, ketika medio 1992 pernah "dilamar" oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Golkar untuk mau menjadi anggota DPR RI.

“Saat itu saya sampaikan bahwa belum berpikir untuk menjadi politikus. Sampai tiba waktunya, Sekretaris PPP Jatim bilang ke saya, ‘Khof, mana berkasmu. Sore ini mau dibawa ke Jakarta lho’," kisahnya.

"Kemudian saya bilang kalau saya belum mengisi berkas apa-apa, tetapi oleh Sekretaris PPP Jatim itu saya disuruh isi seadanya saja. Jadi ya saya cuma isi nama alamat, ya kayak semacam biodata pribadi gitu,” sambungnya.

Khofifah mengatakan, ketika itu sistem pemilu masih tertutup sehingga membuat dia bisa melenggang sampai Senayan. “Saya waktu itu dapat nomor urut 10," imbuhnya.

Dikarenakan tidak memiliki obsesi menjadi politikus, sewaktu pengumuman berhasil jadi anggota DPR justru didapat dari wartawan. “Di usia 26 tahun, saya sudah menjadi anggota dewan,” tuturnya.

Perjalanan karier Khofifah mencapai puncak saat membacakan pandangan fraksi pada sidang umum MPR RI. Dengan bahasa yang vulgar, ia mengkritik pemerintahan Orde Baru.

“Ketua Umum PPP saat itu memberi saya keleluasaan untuk menyiapkan sendiri bahan yang akan dibacakan. Jadi bahasanya Khofifah banget, khas anak muda. Tapi itu objektif kok. Saya juga menyampaikan sisi positif Orde Baru juga,” katanya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement