“Hal tersebut misalnya dapat dilakukan dengan mendudukkan Presiden dalam struktur partai walaupun tentunya bukan dalam posisi yang mengganggu kinerjanya sebagai Presiden seperti posisi Dewan Pertimbangan,” katanya.
Adanya kedudukan jabatan Jokowi dalam struktur partai diharapkan dapat membangun ikatan psikologis antara Presiden dengan PDIP sekaligus memecah sumbatan saluran komunikasi. Bagi Presiden Jokowi, sambung Firman, upaya merealisasikan berbagai kebijakan serta program yang berpedoman pada Trisakti dan Nawacita menjadi penting karena selain menjadi pedoman untuk merealisasikan janji-janji politiknya.
“Karena Trisakti dan Nawa Cita merefleksikan garis perjuangan ideologi PDIP. Presiden Jokowi dan PDIP mempunyai kepentingan untuk selalu membangun komunikasi politik yang efektif agar pemerintahan berjalan secara efektif untuk merealisasikan visi dan misi Presiden yang sekaligus menjadi bagian dari garis perjuangan ideologi PDIP,” ucapnya.
Apabila hal ini tidak terwujud, kata dia, maka pertemuan kepentingan antara Presiden Jokowi dan PDIP yang dipersatukan dengan ideologi partai akan memudar. Bahkan PDIP dalam kondisi ekstrim dimungkinkan untuk menarik dukungan karena Presiden dipandang tidak lagi menjadi representasi partai untuk memperjuangkan ideologi partai.
(Muhammad Saifullah )