Kendati komando KASAD akhirnya diserahkan pada penerusnya, Kolonel Abdoel Haris Nasution, Djatikusumo turut masuk dunia politik setelah ditunjuk jadi Duta Besar untuk Singapura (1958-1960).
Tiga kali jabatan menteri juga pernah dibawahinya pada periode 1959-1963) sebagain Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telegraf dan Telefon pada Kabinet Kerja I, II dan III.
Meski sudah masuk dunia politik, Djatikusumo tak pernah sekalipun abai terus memikirkan TNI, ketika sudah dileburkan dalam Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
“TNI itu organisasi perjuangan. Berbeda dengan ABRI. Kalau ABRI itu alat negara. Saya ini sudah pensiun dari ABRI, tapi tetap anggota TNI,” papar Djatikusumo dalam buku ‘Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian’ karya Salim Said.
“Ini penjelasan saya mengapa saya masih ikut memikirkan TNI, ikut bicara mengenai peran politik TNI, berbicara mengenai TNI milik seluruh rakyat dan bukan golongan tertentu,” tandas figur yang tutup usia di Jakarta dan dimakamkan di Komplek Makam Imogiri, Bantul, Yogyakarta pada 4 Juli 1992 tersebut.
(Randy Wirayudha)