"Melalui tulisannya pada tahun 1941, Bung Karno sudah memprediksi raksasa kapitalis, Eropa Barat dan Amerika akan mengalami krisis," beber Mega di auditorium Gadjah Mada, Kamis (28/5/2018).
Sebagai wadah yang mempertemukan calon-calon pemimpin bangsa, Lemhanas diharapkan tidak hanya menjadi intitusi sertifikasi calon penguasa. Nasionalisme sejati, kata Mega, harus memahami posisi geopolitik Indonesia.
"Nah, Bung Karno ingin lembaga ini menjadi semacam kawah Candradimuka, jadi bukan hanya lembaga tukang cap," imbuhnya.

Selanjutnya, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut menceritakan pengalamannya mengiringi sang ayah dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) No-Blok. Dari situ, lanjut Mega, terdapat benang merah antara KTT, Konferensi Asia-Afrika (KAA), new force yang dicita-citakan Soekarno dengan Lemhanas.
"Jadi, Lemhanas itu pondasi institusional. Pertahanan perpektifnya luas: ideologi, ekonomi, politik, sosial dan budaya," pungkasnya.
(Fahmi Firdaus )