YOGYAKARTA - Tradisi unik tetap dipertahankan warga Desa Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, sebagai ungkapan rasa syukur setelah masa panen, di pegunungan yang tandus. Warga menyembelih ratusan ayam untuk kenduri dalam upacara cing-cing goling.
Upacara cing-cing goling yang dilaksanakan warga Desa Gedangrejo, Senin (3/8) didahului aktivitas memotong ratusan ayam kampung untuk dijadikan ingkung yang menjadi perlengkapan ritual. Setelah mendapat doa dari pemangku adat desa setempat, ingkung bersama nasi gurih dan lauk yang lain, dibagikan para pengunjung yang hadir dalam acara ritual yang dilaksanakan di dekat bendungan Kali Dawe desa setempat. "Kalau dihitung tidak kurang 500 ayam disembelih hari ini untuk mengikuti ritual,"kata salah satu tokoh warga yang juga pemangku adat Sugiyanto, saat ditemui di lokasi.
Uniknya, makanan yang disajikan tidak boleh dicicipi oleh juru masak. Diyakini bila ketentuan ini dilanggar akan menyebabkan malapetaka. Ia menceritakan dahulu ada yang mencoba mencicipi masakan dan hasilnya begitu sampai di lokasi upacara, makanan yang disajikan tidak matang. "Di sini pantang untuk membawa tempe yang terbuat dari kedelai, semuanya gembus,” dia menambahkan.
Upacara ritual ini bukan hanya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur pada Tuhan, tetapi sebagai upaya melestarikan kebudayaan yang selama ini dipercaya oleh warga setempat.
Salah satu bagian dari upacara ini ialah adanya pertunjukan, yang menceriterakan tentang keberhasilan pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati yang berhasil membuat sungai dan bendungan sehingga bisa mengairi lahan pertanian menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera. Konon, hanya dengan senjata berbentuk tongkat dan cambuk yang digoreskan pada tanah sambil berjalan, bekas goresan itu berubah menjadi sungai dengan air yang mengucur deras.
Pada acara ritual ini bukan hanya ratusan warga berkumpul di bawah pohon besar yang tumbuh subur dan rindang untuk kenduri massal, tetapi juga menyaksikan adegan yang menceriterakan pelarian prajurit Majapahit yang sudah bersatu dengan warga setempat, dalam mengusir penjahat.
Pada adegan ini puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga setempat, di lahan sekitar bendungan, untuk mengusir gerombolan penjahat. Meskipun tanaman diinjak-injak, tetapi petani setempat tidak marah, justru mengharapkan berkah. Karena warga setempat percaya, tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, tetapi justru bertambah subur. "Warga di sini percaya jika tanaman yang dinjak-injak tidak akan mati, malah panen berikutnya akan menjadi subur,"imbuh Sugiyanto.
Sementara itu, Kismoyo salah seorang warga yang mengikuti tradisi, mengaku tertarik dengan tradisi yang masih teguh dipegang masyarakat Desa Gedangrejo. "Menurut cerita, tradisi ini sudah dilakukan ratusan tahun dan tidak pernah berubah,"katanya.
Selesai upacara siapapun yang berada di sekitar lokasi diberikan berkat berupa makanan berserta lauk pauk yang dibawa masyarakat, untuk dibawa pulang.
(Muhammad Saifullah )