BLITAR – Ratusan petani Blitar yang tergabung dalam Front Perjuangan Petani Mataraman (FPPM), mengecam pelaku pembunuhan aktivis tani yang terjadi di Kabupaten Lumajang.
Salim Kancil (46) warga Desa Selok Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang ditemukan tewas dengan tubuh penuh tusukan.
Petani yang juga aktivis Forum Petani Anti Tambang itu dibunuh, sejumlah preman bayaran karena gigih menyuarakan penolakan tambang pasir di desanya.
"Ini bentuk kegagalan negara. Gagal menciptakan rasa aman. Kita mengutuk kebiadaban yang terjadi di Lumajang. Tangkap semua yang terlibat," teriak Koordinator aksi Moh Triyanto, Senin (28/9/2015).
Aksi ratusan petani FPPM ini dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional, yang jatuh tanggal 24 September 2015. Di perempatan Lovi, di depan gedung DPRD Kota Blitar petani dan mahasiswa berorasi bergantian.
Kaum tani, kata Triyanto masih berada di pihak yang dikalahkan. Hukum tidak pernah benar benar obyektif. Petani sulit menang bila lawan yang dihadapi dalam sengketa adalah pemilik modal.
"Kasus di Lumajang bisa menjadi contoh nyata. Negara dan piranti keamananya sengaja melakukan pembiaran," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, petani FPPM mendesak pemerintah Kabupaten Blitar segera menuntaskan sengketa agraria. Ada sebanyak 1.500 bidang tanah sesuai kuota yang diberikan Badan Pertanahan Nasional.
Pemkab Blitar dituntut segera merealisasikan proses redistribusi tanah dengan kelengkapan sertifikasi.
"Para petani sudah menduduki dan mengelola lahan obyek sengketa lebih dari 20 tahun," tutupnya.
(Awaludin)